Jumat, 25 Februari 2011

ez jite hezdikim


Hey, kamu, terima kasih. Terima kasih untuk waktumu yang mau kau habiskan mendengar ceritaku tentang panasnya hari ini, tentang betapa menjengkelkannya orang-orang yang kuhadapi hari ini, tentang apa yang kubeli hari ini saat aku hanya merencanakan membeli bahan makan malamku, tentang pertanyaan dan jawaban yang kuberikan saat orang tuaku mengkhawatirkanku, tentang kelanjutan cerita tokoh yang novelnya belum kau baca, tentang film yang ingin kutonton namun belum ada waktu, tentang keluhanku tentang makaroni yang mengkerut saat dimasak, tentang lagu yang baru saja kudengarkan.

Ah, betapa kamu sempurna. Suara tawamu yang menelisik telingaku, matamu yang berbinar saat kuceritakan hal lucu, garis yang terlihat di antara dagumu yang semakin jelas saat kamu menjadi serius, rambutmu yang sering kau tarik dengan jari-jari sempurnamu yang semakin membuat rambutmu berantakan, telinga dan pipimu yang bersemu merah muda seperti gulali karena dinginnya cuaca, hidung tinggimu yang sering kau kerutkan jika aku mulai tidak berkata apapun di percakapan kita.

Maafkan aku kalau aku sering diam saat kau ceritakan hal yang tidak seharusnya membuatku marah, kalau aku sulit berhenti menangis saat kita bertengkar, saat aku mengacuhkan pertanyaanmu yang tidak masuk akal menurutku, saat aku hanya diam ketika berkata bahwa kau mencintaiku, saat aku marah jika kau melupakan sesuatu, dan saat-saat aku menghindar untuk berbicara padamu.

Andai kamu tahu, betapa aku menginginkan tanganmu mempermainkan rambutku dan menghirup aroma shampoo yang kugunakan sore ini, betapa aku ingin menyiapkan segelas teh panas untukmu, betapa aku ingin mendengar napasmu sebelum aku tidur, betapa aku ingin mengirup aroma parfummu di udara kamarku, betapa aku ingin memelukmu dari belakang saat kau sedang melihat titik-titik hujan yang meluncur di kaca jendela, betapa aku ingin mendengar cerita masa kecilmu, betapa aku ingin menjawab letak benda-benda kecil yang entah kau lupa menaruhnya dimana, betapa aku ingin menyusun pakaianmu dalam lemari menurut warna-warninya, betapa aku ingin berdansa denganmu tanpa musik di lantai dingin apartemen kita, betapa aku ingin menggelitikmu saat kau serius menonton televisi, dan betapa aku ingin bertengkar untuk hal-hal kecil tentang anak kita.

Dan betapa aku ingin bertanya padamu, dari mana saja kau selama ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar