Jumat, 25 Februari 2011

Baru Nonton nih ye..

Gara-gara denger isu kalau film Hollywood mau ditarik dari Indonesia, rada kaget juga, terutama saya yang termasuk movieholic dan jarang banget ke bioskop. Menurut hemat saya, tiket bioskop sangatlah mahal apalagi nggak dibolehin bawa makanan ke dalam studio, cape deh! Males banget ngeliat makanan yang dijual muahaal di dalem bioskop kan ya?MySpace

Tulisan ini bukan untuk review atau kritik film loh ya (mang saya sapa!?) saya sama sekali gak tau masalah sinematografi, atau cara pengambilan angel atau blabla masalah film, tapi ini murni dari sudut penikmat film. Urutan tulisannya juga bukan berdasarkan ranking, jadi sengaja saya random. Nah ini, tujuh film terakhir yang saya tonton:


Nah nah ini kalau istilah kita nih ya, ini film gara-gara kualat sama orang tua. Gara-gara ga ijin ma orang tua kalau mau jalan jauh jadinya kena celaka. Hal ini terjadi pada Aron Ralston (diperankan James Franco), kisah nyata ini karena si Aron kejepit di Robbers Roost, Utah, apa ya kalo minjem istilahnya canyoneering, temennya hikinglah, cuma lokasinya di canyon-canyon gitu. Pertama sih lancar-lancar aja eh gak lama dia kepleset dan tangannya kejepit batu besar yang bener-bener ga bisa dipindahin, udah gitu cuma bawa peralatan seadanya, dan ga bawa survival kit, dan parahnya sendirian pula. Dia terjebak selama 127 jam dari hari sabtu ampe rabu, dan selama itulah dia merenungi kehidupan dan kesalahannya, cinta pertamanya, temen-temennya, adeknya, orang tua, semua-muanya dah. Dan bagaimana dia selamat? Dengan mengamputasi tangannya dengan pisau lipat murahan made in ch*na, malah sempet bekal minumnya yang setermos itu tumpah dan akhirnya dia minum urinnya sendiri. Pesen dari film ini adalah beli swiss army knife yang asli dan kalo mau jalan ijin ya ma orang tua.



Yang main Anne Hathaway jadi si Maggie Murdock (kok familiar ya sama nama ini) yang menderita parkinson tahap satu, yang kalau gak minum obat bisa gemetaran parah, maklum jaman gitu kan belum ada obat parkinson, ketemu sama si playboy cap duren mampus si Jamie Randal yang dimainkan sama Jake Gyllenhaal, yang sales penjual obat-obatan dari perusahaan farmasi Pfizer, film ini settingnya tahun 1996, dimana Pfizer jadi penguasa pasar akibat berhasil menyintesis Viagra yang dikenal dengan blue pill, nah ceritanya ya, tentang si Jake yang pertama kali jatuh cinta setengah idup pertama kalinya berkata I Love You pada cewek yang sudah menolaknya. Yah Hollywood abeslah, dan setelah beberapa konflik bla bla bla…and they live happily ever after. Gak pake mikir kok nontonnya, kecuali mau mikir tentang farmakologi viagra.


Jadi inget buku komik yang pernah saya baca waktu jaman-jaman SD, lupa judulnya apa, yang jelas dia anak remaja cowok cool yang dalam seharlam (minjem bahasanya Pramoedya Ananta Toer, artinya sehari semalam) jadi ayah. Nah film ini ga beda jauh, tentang Holly (Katherine Heigl) pemilik toko kue yang masih single ladies dan Messer (Josh Duhamel) yang kerja di channel olahraga dan suka gonta-ganti cewek. Sebelumnya mereka pernah dicomblangin gitu ama kedua sahabat mereka yang suami istri tapi gagal, nah suami istri ini baru aja punya anak namanya Sophie, tiba-tiba suami istri ini kecelakaan dan memberikan hak asuh pada keduanya. Jadilah dalam semalam mereka punya rumah dan bayi. Yah namanya juga komedi ringan dengan kisah romantik ala Hollywood, bisa ditebak dong konflik dan endingnya.


Akhir-akhir ini filmnya Bruce Willis jadi banyak ya, udah ada R.E.D, ada lagi The Expendables, eh ada lagi Surrogates, asli deh film ini tentang streotype, semua streotype terbentuk disini. Film ini tentang kehidupan manusia yang disubstitusikan sama robot, jadi si manusia cuma perlu mengontrol si robot dari rumah untuk kerja, sekolah, dan melakukan hal-hal lainnya yang manusiawi, robotnya juga banyak dijual, bisa diganti, mau mesen dari pabrik juga bisa, mau rambut warna apa, matanya mau gimana, ya otomatislah yang cewek pada cantik-cantik, mulus yang cowok pada muda, tegap, gagah banget semuanya, padahal pas liat yang operasiin alias manusia aslinya..bleh! disini Bruce Willis jadi agen FBI yang sebelumnya pake surrogates, tapi kemudian dia pake tubuh manusianya lagi, untuk menumpaskan peradaban robot. Ngeri juga sih ngebayangin kalo kehidupan kita dikontrol dari komputer atau jaringan, sekali jaringan rusak, jadi manekin lah kita semua.


Inspired by true events. Jujur nih, saya rada telat nonton, film ini kan udah ada sejak tahun 2010, gara-gara yang main Sean Penn saya jadi penasaran. Setelah saya baca-baca, film ini dibuat berdasarkan sebuah memoir “Fair Game: My Life as a Spy, My Betrayal by the White House” yang ditulis oleh Valerie Plame, yang identitasnya dibongkar oleh White House, gara-gara kasus yang ditanganinya tentang Yellow Cake alias uranium yang buntut-buntutnya tentang senjata pemusnah masal, apalagi coba?! Valerie Plame diperankan oleh Naomi Watts disini. Yah lumayan menyita emosi juga loh, dan tidak melulu tentang politik, jadi tau gimana kehidupan diplomat atau petugas CIA, jalan-jalan keluar negeri seenak udel tapi ya itu jauh dari keluarga, jarang di rumah.


Ceritanya horror . Tentang Abby (Chloe Moretz, itu loh yang main di Kick Ass yang jadi Kick Girl atau yang jadi ponakannya Josh Gordon Levit di (500) Days of Summer), cewek yang umurnya 12 tahun more or less (ini jawabannya Abby kalo ditanya umurnya). Yang adalah seorang vampire yang awet muda. Suatu hari dia pindah ke linkungan apartemen tempat Owen tinggal, anak laki-laki yang seumuran dengan masalah self esteem yang rendah dan merupakan korban bullying di sekolah, bener-bener deh adegan bullyingnya mengerikan padahal masih SD loh! Tapi banyak juga loh adegan romantisnya, maklumlah cinta monyet juga. Mungkin kalo yang bosen sama Twilight bisalah nonton film ini.




Because I am bloody well stammer!! Itu kata yang diteriakkan si Colin Firth sebagai King George VI itu loh bapaknya Queen Elizabeth II. Ketika gagap menjadi masalah. Ternyata kalau yang gagap itu raja repot juga ya, mau pidato repot, mau kasih sambutan repot, mau bicara dengan rakyat juga repot, juga mau dongengin anak jadi repot, tapi kata si Lionel Logue (Geoffrey Rush) gagap itu bisa disembuhkan, bukan cacat bawaan yang bahasa kerennya kongenital heheh (ini saya yang bilang). Suka banget ngeliat persahabatan Lionel Logue dan King George VI yang ternyata bukan dokter tapi cuma ahli speech defect yang mendapat pengalaman setelah membantu teman-teman tentaranya yang menjadi gagap setelah ditugaskan di front line. Yang lebih bagus, ternyata ini kenyataan.

Pesen saya kalau nonton film jangan ragu untuk menangis jika sangat mengharukan, jangan takut ngakak kalo emang lucu, karena permainan emosi itulah yang membuat menonton film itu membuat pikiran relaks.
MySpace


Tidak ada komentar:

Posting Komentar