Selasa, 23 Agustus 2011

Buta Huruf di Thailand





Sewaktu saya menginjakkan kaki saya di terminal Hat Yai, well, masih lumayanlah, saya tidak terlalu merasa “lost”, saya melihat beberapa tulisan Thailand dan bahasa Inggris bersamaan di papan pengumuman, dan promosi travel agent yang ditempel di terminal, jadi saya pikir, segalanya bakal mudah. Eit, keluar dari terminal, dengungan orang berbicara sudah semakin asing, dan semua petunjuk jadi dalam bahasa Thailand yang melungker-lungker itu. Waktu saya keluar terminal, supaya ga terlalu terlihat cupu saya memutuskan untuk diem alias duduk tenang di kursi terminal sekalian ngencengin tali backpack saya dan melihat situasi di terminal yang sebelas-dua belas aja ma terminal di Indonesia, yaitu banyak calo! Karena hal itu saya dan teman saya memutuskan untuk beli sim card lokal di toko terdekat dan sekalian bertanya pada bapak pemilik toko, yang dengan ramah memberitahu untuk menuju Phuket menggunakan bis yang terdapat di terminal lain dan untuk menuju ke terminal itu bisa menggunakan tuktuk dengan tarif 80 baht (menjadi 50 baht setelah ditawar). Sambil menikmati perjalanan dengan tuktuk, semakin hilanglah huruf-huruf yang saya pahami seumur hidup saya. Papan iklan, nama toko, papan nama jalan, semuanya dalam huruf-huruf Sanskrit! Yang saya hanya lihat dalam sastra jawa kuno dan..pelajaran sejarah waktu SMP! Alhasil jadilah saya buta huruf.

Sesampai di terminal, langsung beli tiket menuju Phuket dengan harga 344 baht di loket resmi, beruntunglah, ibu petugas loket menjelaskan dengan detail bis yang digunakan, lama perjalanan, dan perbandingan dengan bis lain. Oh iya, dia menawarkan dua jenis bis yang menuju Phuket, yang pertama bis biasa 275 baht (tidak ber-ac) dan lama perjalanan sekitar delapan jam dan yang kedua bis yang bertingkat dan ber-ac dengan lama perjalanan enam jam, ehm karena perbedaannya tidak terlalu signifikan akhirnya kami memutuskan bis kedua, wah lumayan bisnya. Bersih, ber ac, dan tertib pula.

Akhirnya bis pun menuju Phuket, dan…pemandangan yang terlihat adalah..foto raja ada dimana-mana! Saya pertama pikir itu adalah salah satu bentuk sisa-sisa kampanye politik, karena pada waktu itu Thailand baru saja melantik perdana menteri yang baru, dan yang terpilih adalah perdana menteri Thailand yang cantik itu. Ya meskipun, ada beberapa juga sih yang pasang foto ratu, tapi tetep, over all, yang menang foto si raja.

Karena kecapean akibat badan ngelungker semaleman tidur di kursi kereta kayak bekicot digaremin, alhasil begitu bis jalan beberapa kilometer saya dan teman saya ketiduran, dan saat tiba-tiba bangun, #zzziiing...bis kosong! Semua penumpang sudah turun, sempet panik juga.Hah? Kan perjalanan baru dua jam, masa' sudah sampe, apalagi berhentinya di terminal gitu, untunglah ada mas-mas yang tiba-tiba nyamperin kursi kami, dan bertanya dalam bahasa inggris apakah kami menuju Phuket, dan dia menjelaskan bahwa, kami harus berganti bis karena bis ini mengalami gangguan, wah untungnya, bis yang sama persis sudah menunggu di belakang bis ini. Salut!

Selama perjalanan, saya dan temen saya selalu dikira orang Thailand dan beberapa kali pramugari bis menghampiri kami dan berbicara bahasa Thai pada kami, kalimat andalan kami adalah : “Phood Thai mai dai” yang artinya “saya ga bisa ngomong thai” hehe. Setelah itu, mulailah satu bis tahu kami bukanlah orang thailand, dan beberapa penumpang juga membantu kami dalam menerjemahkan bahasa Thai kalau-kalau si pramugari mengumumkan nama kota yang dilewati. Saya bilang pramugari karena, petugas bisnya memang berseragam rapi loh, dan ramah meskipun dengan bahasa inggris seadanya tapi saya sangat salut untuk usaha mereka memuaskan penumpang.





Nasib oh nasib buta aksara dan buta bicara di negeri orang.

Senin, 15 Agustus 2011

The Most Amazing Man in My Life

“Do you believe in love at first sight?”he asked.

“Hmm..no”

“Okey then, I will go close the door and come again, so we will meet for the second time”

***

“Why you are so amazing like this?”

“Cause I have the most amazing woman in my life”

***

“Evin, you know? I love you bitter and sweet.”

***

Thank you my man, you are the best thing that happen to me, thank you for everything.

I love you this big.

Your Evin.

Dolce Far Niente





The art of doing nothing. Hm, saya mau buat pengakuan. Mungkin ini adalah kehebatan saya. Saya jago untuk bermalas-malasan hehe. Apa ini penyakit ya? Mungkin saja, soalnya kambuhnya bisa kapan saja. Di saat yang tidak diharapkan, misalnya, saat saya punya setumpuk tugas kuliah, entah laporan, makalah, presentasi semuanya numpuk gara-gara penyakit ini kambuh. Apalagi kalau lagi liburan kayak gini ditambah saya habis berkelana. Mau keluar rasanya males, mau ngapain-ngapain males. Temen saya juga kena imbas, kalau mau ditemenin jalan mesti gigih untuk nelpon dan miskol dengan harapan saya bangun.

Karena kemalesan ini saya jadi hapal waktu tayang serial tv, grey’s anatomy, desperate housewive, don’t tell my mother, parenthood, private practice, ah semuanya. Yah, walaupun saya tidak mengikuti di waktu perkuliahan, tapi ya saya ngerti-ngerti saja.

Selain itu, saya ke dapur cuma buat ngambil makanan atau cemilan, kalau biasanya saya rajin masak atau nyoba resep baru, nah kalo libur gini saya masak yang quick food aja, atau buat cemilan, cuma bikin french fries, sphagetti, omelette, mie goreng, atau bikin roti isi tuna. Haha. Yang parah, saya jadi males deket ponsel, sms yang masuk baru saya bales beberapa jam kemudian itu pun kalau mengandung kalimat pertanyaan, kalau gak ya dibaca aja terus ditaruh lagi.

Sayangnya hal yang sama tidak terjadi pada Dodo (laptop saya) karena dia harus bekerja 24 x 7 hehe, alias saya jarang mematikan laptop saya, saya tinggal online saja. Meskipun saya ketiduran hehe.

Baiklah, semoga saya ada ide lagi untuk menulis untuk postingan selanjutnya.

Jumat, 12 Agustus 2011

Part III: Batu Caves and After...





India ada dimana-mana, kulinernya, budayanya, objek wisata, pura tempat ibadah, orang-orangnya, bahkan tempat shoppingya juga, gak salah sih karena india menempati 7% dari penduduk Malaysia (Malaysia Demographic Profile 2011).

Diawali dengan Batu Caves yang terletak di daerah Selangor, yang kurang lebih 13 km dari Kuala Lumpur, dari stasiun langsung keluar dan menyebrang untuk beli tiket bus harganya sekitar 2 RM, dari situ nanti kita tidak langsung sampai di Batu Caves, tapi kita didrop di stesen Bank Negara, nah dari sini kita beli tiket lagi untuk naik tren ke Batu Caves yang kira-kira 45 menitan. Setelah lewat beberapa stasiun, akhirnya sampe deh di Batu Caves, yang merupakan tempat beribadah orang hindu, dengan patung besar yang katanya patung dewa Murugan dengan ketinggian 42,7 meter di daerah batu kapur. Wah, jadi inget bantimurung hehe, kan bukit batu-batu gitu. Yang jelas masuk sini gratis hehe.

Di sana banyak burung merpati dan..monyet! seperti monyet kecil yang kayak di Uluwatu, isengnya juga sama . Hati-hati loh, monyet-monyetnya disini usil, bahkan ada dua orang turis yang dicakarin dan kameranya ditarikin. Haduh!

Di Batu Caves ini terdapat 272 anak tangga nah jadi siap-siap aja menaiki tangga untuk mencapai gua di bagian atas. Begitu sampai di atas bisa terlihat gua dan terdapat banyak kuil-kuil pemujaan, maklum disinikan pusat ibadah, bahkan ada festival Thaipusam yang diselenggarakan tiap tahun, selain itu tempat ini juga digunakan sebagai tempat rock climbing.



Di bagian bawah banyak terdapat toko souvenir yang tentu saja berbau India! Hehe, saya nyoba beli makanan khas India yang biasa saya liat di film-film India yaitu, manisan!! Hehe, maklumlah, saya pikir manisan itu dulu dari buah habis bentuknya bulet, pas saya makan ternyata oh ternyata kayak onde-onde gitu, dari tepung, dan asli manis! Hehe. Tapi jujur manisnya, manis banget,, kerasa banget pake sweetening agent-nya.

Dari Batu Caves, ngeliat peta di stasiun kalo dipikir-pikir deket kayaknya dari Chinatown atau Little India, akhirnya nanya deh sama petugas stasiun yang dia bilang deket dari stasiun Bank Negara ini, akhirnya jalan-jalan deh..jalaan, jalaan, loh masih jalan? Haha. Ternyata jauh boy! Melewati shopping centre yang ternyata juga panjang, dan yang dijual juga ga beda-beda banget kok sama di Indonesia, baju, pashmina, jilbab bercorak, asesoris, dan tentunya baju kurung khas Malaysia dan baju sari harganya sekitar 90-300 RM. Oh wow!

Karena merasa jalan yang tiada berujung, akhirnya nanya deh sama bule yang berlawanan arah, dan mereka langsung berkata, “Don’t worry we have map!” ha! Tapi tu peta kayaknya juga tidak begitu membantu, jalan sedikit lagi, ketemu orang India yang berdiri di pinggir jalan, yang ternyata hanya geleng-geleng kepala haha, entahlah artinya apa, oh iya, gelengan sekali bagi mereka artinya ya dan berkali-kali artinya tidak, ya sudah! Bilang kek gak tau, haduh!

Setelah bertanya sama ibu penjual minuman yang menunjukkan arah perjalanan pun dilanjutkan, dan yey! Ketemu deh masjid jami’ yang jadi landmark daerah ini. Perjalanan dilanjutkan ke Little India, dan sampailah di sebuah bangunan yang di dalamya sejuk dengan corak dekorasi yang eksotis. Muter-muter di Little India tanpa ada niatan untuk shopping dan, hap! Lama-lama saya sadar, pasar ini dipenuhi batik! Hey! Banyak barang yang mirip dari Indonesia disini, baju, tas, asesoris, kok mirip ya? Musik yang diputar pun gong, serasa di Jogja. Hmm…

Keluar dari Little India, jalan sedikit menuju Chinatown yang terletak di Petaling Street, ternyata tdak terlalu jauh dan wow! Keren! Di kawasan ini, serba lengkap! Ya, biasalah namanya juga Chinatown, jualannya juga beraneka ragam, dan murah meriah! Kawasan lain dari Petaling street yaitu tempat jualan makanannya! Wow, disini lengkap, tapi hati-hati makanan yang mengandung pork untuk yang muslim, jajanannya lengkap. Saya mencoba minuman air mata kucing yang terasa segar dan memang enak!Di sini juga banyak terdapat restaurant, dan juga menjadi pilihan untuk yang cari makanan murah hehe. Tapi susah juga mau cari makanan halal disini, akhirnya bertanya sama abang-abang yang lagi jualan dan dia menunjukkan arah. Saya mau mencoba cemilan yang banyak dijual disini! Dan akhirnya nemu deh yang halal, dan waaaaa serasa surga dan saya tidak ingin pulang dari sini, harganya 5RM untuk 3 tusuk. Oh my god! It’s a heaven. Dan petualangan akhir itu pun ditutup dengan es leci yang mengandung leci beneran!Sedap!!!!!!!#pertanyaan: leci ama kelengkeng beda kan? soalnya baru kali itu saya makan buah leci beneran, kan biasanya leci kalengan hiks..



Kamis, 11 Agustus 2011

Malaysia Part II: Jalan-jalannya





Sebenernya apa sih tujuan dari backpacking? Kalau menurut saya sih, tujuan saya ya untuk melihat tempat yang selama ini saya lihat di media, atau saya baca di blog backpacking atau travelling dan meresapinya.

Jujur saya tidak begitu ngotot, saya ingat waktu saya travelling (travelling loh ini ya, bukan backpacking) ke Jogjakarta, Jakarta, Bali, atau Malang saya merasa ada banyak tujuan, kalau di Bali mau ke pantai Kuta, Sanur, mau main di waterbom, mau rafting, mau belanja-belanji, begitu juga waktu di Jogja rasanya semua mau dicobain, mau makan gudeg asli, mau makan oseng-oseng mercon, mau beli batik dan asesoris dengan harga miring, dan lain-lain, kalau di Malang mau jalan-jalan sama sahabat yang sangat saya rindukan. Daridulu, setiap perjalanan punya misi tersendiri dan saya memang tidak bikin ekspektasi yang terlalu tinggi. Dan, saya tidak ngotot untuk dateng ke semua objek wisata atau mencoba semua sesuatu yang terkenal.

Saya termasuk katrok kali ye, waktu saya dan temen saya mengatur agenda backpacking via messenger, temen saya nanya, “mau ke Vinci gak?” ya saya pikir Vinci itu semacam objek wisata atau museum tentang Leonardo Da Vinci atau sejenisnya, taunya temen saya bilang, Vinci itu toko sepatu, hampir temen-temen yang kesini pasti belanja sepatu disana, karena katanya murah, aduh, jujur saya termasuk penggila sepatu sih terutama denga design yang unik dan cute-cute termasuk high heels maupun stiletto, tapi kalau tentang yang itu, eit, tunggu dulu deh. Saya mesti kembali inget niat saya.

Kalau dari kota pelajar (saya nyebut Cyberjaya sih gitu) kemana-mana mesti naik KLIA express untuk ke Kuala Lumpur (45 menitan, dengan tiket tren 9,5 RM)jalan-jalan pertama saya ya kemana lagi kalau bukan menara kembar petronas. Yang pertama ya karena hari itu mau ketemuan sama temen saya yang lainnya di daerah Jalan Ampang dan sampailah ke menara ini. Menara ini kan kembar dengan tinggi sekitar 452 m, jadi satunya untuk kantor dan satunya lagi untuk belanja (KLCC) . Di menara ini ada semacam tour petronas, nah pengunjung bisa naik ke bagian skybridgenya dan melihat kota Kuala Lumpur dari ketinggian kurang lebih 170m, yang terletak di lantai ke 41 dan 42 ada juga paket lainnya selain mengunjungi skybridge bisa juga sampai naik ke lantai 86. Harga tiket sekitar 10 RM, loket buka mulai jam 8.30 pagi dan waktu berkunjung dari jam 9 pagi-5 sore. Cocok tuh untuk yang acrophobia.

Setelah agak maleman, saya diajak oleh teman-teman saya untuk ke Ampang Look Out Point, yang terletak di Ampang Hill, setelah muter-muter akhirnya kita sampai jam 10 malem, tapi disana sih jam segitu masih sore. Dan wow! Pemandangannya bagus banget! Di daerah ini terdapat lumayan banyak restaurant dan yang disajikan tidak hanya makanan tapi juga pemandangan Kuala Lumpur di malam hari yang keren banget dengan menara petronas yang lebih gemerlap dengan lampu-lampunya. Sebelnya, baterai kamera saya habis hiks. Jadi mencoba memotret dengan ponsel aja. Ah, nikmatnya. Saya kurang begitu paham tentang transportasi ke sini, berhubung temen saya yang memang netap disini yang nyetir dan malem-malem pula jadinya saya agak bingung, hehe. Menurut saya ini sih lebih bagus dari tour petronas hehe.

Tempatnya keren, pilihan menunya juga banyak, kalau ga cocok dengan resto satunya pindah saja sampai nemu yang sesuai kantong, hehe..pokoknya tempatnya romantis banget deh, dan bisa shisha-an hehe, rata-rata restaurant di Malaysia pasti ada shisa-nya, yang bisa milih mau rasa apel, strawberry, mint, atau kombinasi.

Ah, nyamannya.