Sabtu, 05 November 2011

Habis Kuliah Langsung Kerja atau Habis Kuliah Langsung Nganggur

Aku bisa mengategorikan tempat kuliah itu pada dua jenis, jenis yang pertama kuliah yang pasca lulus kita masih harus mati-matian cari kerja sendiri atau syukur-syukur udah ada link yang menawarkan. Sedangkan jenis yang kedua adalah kuliah yang pasca lulus, kita sudah dapat tempat kerja, misalnya STAN, STIS. Dua tempat kuliah ini sama baiknya, baik yang sudah ada penempatan atau belum. Tapi aku milih kuliah di perguruan tinggi biasa bukan di STAN sewaktu dulu banyak yang mendukungku. 
Alasanku simple, pertama aku ga suka dengan angka-angka atau berhitung sehingga aku akan mencari tempat kuliah yang minimal bisa meminimalisir kegiatan hitung menghitung itu, yang kedua aku ingin bebas menentukan mau belajar sebagai apa? Nyaman belajar bagaimana? Mungkin ada teman-teman yang nyaman untuk kuliah dengan dipenuhi angka-angka, tapi sayangnya aku tidak. Jika aku memilih STAN, apakah aku bisa kuliah psikologi? Bisa-bisa saja, aku bisa belajar otodidak mengenai psikologi. Tapi aku tetap tidak akan menemukan suasana menyenangkan dalam kuliah psikologi itu sendiri. 
Tujuanku itu ingin belajar bukan mendapatkan nilai sebagai prioritas. Meskipun bisa saja nilai menjadi sebuah indikator. Tapi, nilai tidak selamanya menunjukan kemampuan dari seseorang. Bukan, bukan maksudku bahwa orang yang mendapatkan nilai B dalam statistika sebenarnya lebih pandai dari itu. Hanya saja tidak jarang mahasiswa sering menjadi korban atas ketidaksukaan dosen. Misalnya, "Ah, saya tidak suka dengan mahasiswa ini" meskipun dia secerdas apapun, dan sebenernya nilai ujiannya bisa mendapatkan nilai A. Karena ketidaksukaannya itu, dosen bisa saja memberikan nilai C. Ini bukan sesuatu yang luar biasa, tetapi sudah umum diketahui.
Aku masih inget cerita seorang teman, ada dosen yang mengajarkan suatu mata kuliah, "Baik, satu semester ini kita tidak akan kuliah tapi kalian masing-masing harus menghasilkan suatu alat tertentu dan nanti harus menjelaskannya pada saya" Aku pikir bagus juga.Di kuliah psikologi misalnya, aku pernah dicurhatin seorang tean, "Kenapa orang Psikologi itu tau cara belajar yang efektif tapi kenapa cara ngajarnya masih gitu-gitu aja ya?" Saya yakin, orang-orang Psikologi tidak asing dengan metode Quantum Learning. Metode yang berusaha mencapai keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri dalam pembelajaran. Tapi, bukan hanya dosen psikologi saja, tapi tenaga pengajar lain pasti yang belum menerapkannya.
Kita kembali kepada dua tempat kuliah tadi. Kadang aku iri juga melihat teman-temanku yang kuliah di STAN, lulus sudah langsung mendapatkan pekerjaan tanpa pusing-pusing mencarinya di luar, jabatannya PNS lagi. Kehidupannya bisa dijamin dah bermodal. Untuk melamar seorang pujaan hati pun, udah ga minder
Si PNS : Pak saya mau ngelamar putri bapak.
Bapaknya si putri : Hmmm, apa modal kamu memang?
Si PNS : Mmmm, saya kerja sebagai PNS Pak, di departemen ini. Saya dulu lulusan STAN
Bapaknya si putri : Hmmm, sudah siap lahir batin??
Si PNS : Sudah Pak, InsyaAlloh
Bapaknya si putri : Baiklah, kapan mau kita bicarakan lebih lanjut mengenai acara akad nikahnya.
Akan beda dengan lulusan acak adul
Lulusan Acak Adul : Saya mau melamar anak Bapak
bapaknya si anak : Modal kamu apa?
Lulusan Acak Adul : Modal saya cinta Pak
Bapaknya si anak : APA??? MEMANGNYA ANAKKU MAU KAMU KASIH APA? KASIH RUMPUT?? kerjaanmu apa?
Lulusan acak adul : (dengan mental yang udah mulai agak ciut) saya kerjaannya penulis Pak
Bapaknya si anak : Penulis apa?
Lulusan acak adul : mmm, penulis buku, "Cinta Memang Buta"
Bapaknya si anak : Buku apa itu? Pasti ga laku ya?
Lulusan acak adul : Laku kok Pak
Bapaknya si anak : Memang kamu dapat berap duit dari bukumu itu?
Lulusan acak adul : Gak pasti si Pak, pembayarannya tiap bulan ke 6, biasanya saya dapat 3 juta
Bapaknya si anak : APA??? 3 juta untuk waktu 6 bulan, kamu lulusan apa?
Lulusan acak adul : Psikologi Pak (Sambil nyengir)
Bapaknya si anak : Kamu ga saya terima, anak saya mau saya jodohkan dengan lulusan teknik sipil yang sekarang kerja di kontraktor A. Baru tiga bulan saja dia udah beli mobil. Kamu? 6 bulan aja buat makan aja pake lauk rumput
Lulusan acak adul : huhuhuhu
Sebenernya ga setragis itu, tapi kadang realitanya gak jauh-jauh dari itu lah. 
Aku selalu kagum dengan orang-orang muda kaya Bong Chandra atau Billy Boen yang meraih suksesnya di usia yang sangat muda. Klo Bong Chandra sosok sukses di dunia enterpreneurship sedangkan Billy Boen sosok sukses di dunia kerja. Tapi intinya sama-sama muda bagiku dan mereka telah sukses di usia muda. Bahkan Bong Chandra usinya gak jauh dariku, setahun lebih tua dariku. Aku mikir, orang-orang ini makan apa sih? kok bisa sukses kaya gitu???
Aku sudah coba makan batu, makan rumput, sampe makan angin pun belum sukses-sukses juga? Beberapa kali aku coba memulai berwirausaha tapi ujung-ujungnya gagal. Pernah aku nyewain buku dan hanya satu orang yang meminjam, ada beberapa yang meminjam tapi sampai sekarang belum dikembalikan. Tapi aku belajar sesuatu dari situ, paling tidak aku sudah memulai sebuah pengalaman. Aku ingin mencoba lagi. Dan mendapatkan uang di samping uang pokok yang biasanya kita dapat dari orang tua itu memang sangat menyenangkan.
Intinya simpel sebenernya, aku ingin lulus tanpa punya sesuatu untuk aku kerjakan. Seperti kata temenku, setelah diwiuda, ada beberapa yang kemudian berpikir, "Selamat Anda resmi menjadi pengangguran" Setidaknya pengangguran untuk beberapa waktu hingga nantinya akna mendapatkan pekerjaan atau meneruskan S2. Berbicara S2 aku udah bilang terang-terangan ke ortu, "Aku ingin S2 dengan biayaya ku sendiri" dan aku pun sadar bahwa S2 itu tidak sedikit biayanya. Tapi aku harap dari hal tersebut aku bisa memiliki targetan tertentu.
Aku ingin kuliah di luar negeri, lebih tepatnya antara Jepang atau Malaysia. Ketika teman-temanku yang kuliah S2 kebanyakan di dalam negeri bahkan yang pandai sekalipun, mereka jauh lebih baik dariku. Tapi, cita-citaku cuma satu, aku ingin melihat dunia ini lebih luas dan belajar hal-hal yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar