Minggu, 18 September 2011

PsikoGerontologi : Ketika Bapak ma Ibu Udah Pensiunan

Aku memang gak pernah ikut mata kuliah psikogerontolog, atau psikologi perkembangan untuk orang-orang tua. Yang aku ikuti psikogeriatri, sama seperti psikogerontologi tapi mempelajari orang-orang tua yang suka sakit-sakitan. Berbicara mengenai orang-orang tua, aku ingin bercerita tentang orang tuaku sendiri, yaitu ayah dan ibuku. Bagiku mereka adalah dua insan manusia yang super luar biasa bagiku. Bukan hanya kasih sayangnya yang bagiku tak ada duanya, tapi juga hal-hal lain yang kali ini aku sadari juga telah menurun ke anak semata wayangnya ini.
Setiap aku pulang ke rumah entah itu sebulan sekali, dua minggu sekali atau kadang beberapa hari sekali dari perantauanku di kota nun jauh di sana bernama Semarang. Selalu saja ada hal-hal luar biasa yang dilakukan oleh orang tuaku. Misalnya seperti saat ini sedang menjadi hoby baru ayah dan ibuku di kebun rumah, yaitu memelihara lele dan ayam. Ayah bilang sich cuman buat hiburan karena daripada gak punya kegiatan, "Seru aja liat kecipuk-kecipuknya". Klo ayam punya ibu, alasannya "lumayan biar ada yang matok-matok gitu, bisa juga buat habisin sisa makanan." Sungguh alasan yang membuatku merasa semakin yakin bahwa aku adalah benar-benar keturunan ayah dan ibuku, bukan sinpanse.
"Mah, tu ayamnya naik ke genteng" kata ayahku. Aku yang penasaran bagaimana ayam bisa naik ke genteng langsung keluar. Ayam bisa naik ke gentang?? aku pikir cuman kucing ma tikus yang sering ada di genteng rumahku. Sekarang ada hewan lain yang ada di genteng rumahku. Buset dah, bisa-bisa besok ada sapi atau kambing yang ada di atap rumahku. Mungkin besok-besok klo ayah atau ibuku beli sapi atau kambing terus ditaruh di kebun belakang rumahku,  cek-cok mereka akan berganti...
"Ayaaaah, ini sapinya kok bisa naik ke gentang, ntar gentengnya pada mlorot gimana?"
"Ini juga kambingnya mamah, lagi masuk ke kamar mandi"
Tapi, beneran setelah aku ke kebun belakang ditemukan dua ayam sedang bertengger dengan gagahnya di atap tempat lele bersemayam. Sebelum aku tahu, aku kira itu ayam tetangga, makanya aku gusah (usir) biar keluar rumah. Setelah ibuku datang barulah aku tahu klo itu ayamnya sendiri. Sempet shock aku untung gak langsung kena stroke waktu itu. Gak ada sapi jatuh dari langit atau kambing yang keluar dari lubang toilet tiba-tiba ibu membeli ayam. Dan yang paling menyebalkan adalah, kita harus hati-hati kalau ayam itu suka pup sembarangan, harus extra hati-hati sekarang klo main ke kebun belakang rumah.
Berikutnya adalah lele, klo ayam adalah peliharaan ibuku, lele ini peliharaan ayahku. Mulanya sich untuk hobi biasa tapi lama kelamaan ayah tertarik juga untuk menjualnya. Masalahnya ayah tak punya pengalaman berbisnis lele. Tapi, kini sudah mulai belajar. Lele itu ternyata hewan yang menyeramkan. Bayangkan selain makanan pokok berupa pakan ikan biasa yang bisa dibeli di toko. Lele juga suka memakan hal-hal lain, seperti pup. Ya ini bukan cerita lama lagi, beberapa peternak lele biasanya menaruh lelenya di areal terbuka yang juga menjadi areal pup orang-orang. Tapi, ayahku tidak, lelenya dikasih makan ayam bakar, elit banget kan?? Luar biasanya tu ayam bakar bisa langsung habis dalam sekejap. cuman tertinggal tulang kakinya saja... Horror ya? Bisa jadi ide tu buat film-film horor Indonesia yang membosankan hanya menampilkan tokoh pocong, kuntilanak, genderuwo, dkk. Judulnya bisa "Lele; Pembunuh sadis berdarah manis"
Dan aku baru tau klo lele juga mengkonsumsi obat semacam Supertetra. Tau kah kau obat apa itu? Ya terkadang tu obat aku beli karena ayahku kena diare. Aku juga pernah sekali dan manjur buat ngilangin diare. Aku gak tau kenapa Lele pun perlu diberi obat diare seperti itu?? Apakah lele terlalu banyak makan sehingga bisa kena diare? Atau lainnya... intinya obat ini manjur untuk diminum siapapun, dan tidak hanya manusia. Jadi klo besok hamster Anda kena diare, cobalah minumkan supertetra.
Aku mencoba memaklumi hal tersebut karena melihat juga ayah dan ibuku yang sudah pensiun sekitar satu tahun yang lalu. Ayahku dulu kepala gudang di pabrik gula dan ibuku PNS sejati di Puskesmas. Setelah mereka pensiun, aku sering bingung sendiri terhadap ulah mereka. Selalu ada kejutan setiap aku pulang. 
Dalam psikologi Olah Raga ada istilah terminasi karir atau atlet yang sudah pensiun dan hidupnya terkadang terlunta-lunta atau sejahtera karena melakukan aktivitas lain. Mungkn hal ini bisa sama dikenakan pada mereka-mereka termasuk orang tuaku yang telah pensiun. Banyak aktivitas-aktvitas yang mengejutkan karena aktivitas yang dilakukannya berbeda jauh dengan statusnya ketika masih bekerja dulu. Seperti bapak temanku yang dulunya adalah camat, yang akhirnya menghemat anggaran keluarga untuk merenovasi rumah. Sehingga tukang yang biasanya dipekerjakan sekarang harus bersedia angkat kaki karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Tersaingi oleh si bapak.
Aktivitas itu terkadang juga membuat tanda tanya besar seperti bapak temanku yang juga mantan seorang camat (beda orang dengan mantan camat yang di atas). Temanku pernah cerita kepadaku kalau bapaknya semenjak pensiun selalu ada saja yang dikerjakan seperti membongkar-bongkar barang elektronik di rumah, kemudian dirakit lagi, begitu seterusnya. Mungkin klo tidak dihentikan bapak temanku itu akan semakin penasaran untuk membongkar-bongkar yang lainnya seperti truck, atau pesawat.
Tetapi, hal terpenting bagi seorang anak adalah memahami dan mencoba mendukungnya saja. Tidak perlu protes tentang apa yang dilakukannya, asal bukan hal-hal yang merugikan atau melanggar norma, seperti pensiunan bupati kemudian nyambi jadi maling, atau pensiunan direktur utama kemudian nyambi jadi tukang rakit boom, atau lebih parah klo pensiunan mentri nyambi jadi tukang ojek. (klo ini gak masalah selama bukan jadi pembalap liar). Yang terpenting mereka punya kesibukan dan merasa eksistensinya juga terakui. Mereka bukan barang bekas pakai yang dibuang tetapi mereka hanya ingin melewati hari tua mereka hanya dengan bengong di rumah menunggu anaknya pulang. Coba bayangkan ketika pulang ternyata ayah ibu kita sedang terbengong sampai dijadikan sarang laba-laba?
Banyak hal luar biasa yang akan ditemui ketika orang tua sudah semakin tua. Seperti bertanya sesuatu yang sebenarnya sudah pernah ditanyakan bahkan berulang-ulang, ketika kedua-duanya sakit ternyata masih bisa saling mencak-mencak (klo ini sich ortuku), rajn beribadah, bahkan ortuku rajin kredit motor baru tiap tahun.  Padahal aku sudah tidak mau motor baru, tetapi masih tetap saja dibelikan. Walhasil hampir tiap tahun aku seperti gonta-ganti motor. Suka makan jajanan, marah-marahan tapi ntar akur lagi. Aduuuh pusiiiing. Tapi, bagaimanapun aku menyadari satu hal bahwa keganjilanku ternyata benar-benar diwariskan oleh kedua orang tuaku bukan karena dulu aku pernah diasuh oleh sinpanse.
Klo kamu pensiun kira-kira apa yang akan kamu lakukan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar