Kamis, 29 September 2011
Carita dari Dalam Kotak Infaq Masjid
Balada Menggila dengan JENGKOL
Mbak Warteg : Mas, makan di sini?Aku : Iya (sambil manggut)Mbak Warteg : Sama apa?Aku : Kering MbakMbak Warteg : Terus apa lagi?Aku : ini apa Mbak? (Menunjuk makanan unyu-unyu itu, untuk membenarkan dugaanku bahwa itu jengkol)Mbak Warteg : JengkolAku : Ya itu saja ... ma terong ya Mba (jawabku mantap)Mbak Warteg : (Agak tersenyum)
"JENGKOL... mantap dah makan malem ni... wkwkwk"
Abis tu aku langsung tidur.Setelah bukan facebook-ku, ternyata banyak yang nge-like ma komentar di statusku itu. Ternyata kebanyakan pada setuju dengan pendapatku tentang Jengkol. Hanya satu yang komen rada aneh, yaitu teman kostku, sekaligus saudaraku, "hyah! Udah tau lg krisis air malah mkn jengkol? Hehe" Hubungannya apa coba? Aku makan jengkol ma krisis air di kost? ckckck
Perhatian : Postingan kali ni mungkin norak, tapi lebih norak lagi klo lu belum makan jengkol. hahaha
Oya, skripsiku belum ada kemajuan lagi baru baca-baca aja tentang apa itu sakit, penyakit, dan kesakitan ...
Rabu, 28 September 2011
SKRIPSI-ku dan Ketidakwajaran-ku
Senin, 26 September 2011
Numpang *** di Solo
Ola, maap baru bisa nulis di sini. Semalem sinyal modemnya naik-turun-putus kaya odong-odong, so males banget dah nulis dalam kondisi seperti itu. Ditambah ni badan kaya dilindes ma ban truck, pegel semua habis maen ke Psikologi UMS. Buat apa? Buat numpang pup di toilet sana. haghag jauh-jauh dari Semarang cuman buat melaksanakan tugas suci itu. Katanya air di Solo melimpah ruah, wuaah, kenapa tadi aku gak bawa handuk sekalian ya? Bisa mandi di sini... saking di Tembalang sirnya mengalami krisis.
Tau gak? Jauh-jauh dari Semarang, ketemu ma temen dari Jogja, cuman buat ngomongin ayam coba? Temenku bilang, "Klo mau mau motong ayam, tu belinya di pengusaha ayam!!!" Aku jawab, "Ya iyalah, masa beli di pengusaha kambing??" Kecuali klo tu tukang jagal gak bisa membedakan antara ayam ma kambing. Cuman bisa membedakan suaranya, klo ayam mengembik, dan kambing tu berkokok (lho?) Berarti besok lagi klo pagi-pagi gitu tugas mulia ayam akan digantikan oleh kambing....
Belum ada kemajuan lagi untuk skripsiku pada hari itu. Belum bisa ketemu dosen, karena harus ke Solo. Sempet kepikiran untuk mengusulkan judul makna kesehatan daripada makna sakit, males banget soalnya ntar ketularan sakitnya gimana coba? Ya nanti aku diskusikan lagi aja.
Malemnya waktu mau tidur, aku smsan ma temanku Apri, setetangga bangsa dan sespesies, dia gak terima klo spesies Brebes ma Tegal tu orangnya terbelakang. Hmmm, iya uga sich, setauku emang cuman Brebes, berarti aku orang terbelakang dong??? Kasian banget aku... Gak papa lah... besok klo aku jadi bupatinya Brebes mau aku merdekakan menjadi negara Brebes Raya. hwehehehe....
Mau, tidur susah bante coy, temen kost sebelah kamarku, nyetel musik keraaas banget plus teriak-teriak kaya orang lagi pengen kawin (emang orang klo mau kawin tu suka teriak-teriak ya? hehe). AAAAARRRGGGHHH, lama-lama aku tinggal di kostku ini tambah stres aja. Mulai dari bu kost yang semakin mahir berorasi, anak-anaknya yang tambah culun, mpe kostnya juga yang lagi krisis air. Hhhhhh... ingin pulang lagi rasanya. INGAT!!! Mahasiswa yang ge skripsi tu emang sensi, jadi kudu ati-ati. Saranku klo emang bisa pindah cari tempat yang lebih tenang dan nyaman buat ngerjain skripsi, lakukanlah. Jangan seperti aku yang serasa telah terpenjara di kastil ini. TOLOOOOONG AKUUUU......
Minggu, 25 September 2011
Ganti Tema SKRIPSI
Mas Aan In Ranking 1 Trans TV |
Nuker uang di warteg |
"Coba kmu bayangkn dari sudut pandang Allah, Yang mmberi baban, yang mmberi masalah. km merasa berat, pdhal Allah tau km mampu. yang mungkin klo ga digituin km gag tau kmampuan mu yg sbnerny."
"Paling Allah akan bilang gini, 'hayo, ini makhlukku kalo ta kasih beban kaya gini bisa apa? mau ngapain dia? dan dari situlah malaikat mencatat, pantes ngga orang itu untuk dapet kredit poin utk masuk surga ap ngga." gitu kata bliau smbil brwajah srius.
btw, ngga ngerti km mudeng ap ngga, klo ngga biar ta critain lewat lisan aja, klo km tanyain dn kita pas ktmu, insyaallah"
Kita Pasti Lulus, Sal!!! Kita Tidak Akan DO
Mahasiswa gila gigit jari meratapi nasibnya. wkwkwk |
Mati Muda Karena SKRIPSI (Screamng School)
choir:
You are "s","s,"s" you are shallow...
Imajinasi terkebiri
Menjadi budak akademik
Sandarkan masa depan dengan tesis
Seolah tak ada opsi lain
Sebatas itukah nilai luhur didalam hidupmu
Kau dangkal
Kau rawan
Dan kau berpotensi...
reff:
Mati muda karena skripsi
Minus bersosial
Terlalu selektif
Hidup yang baik yang konservatif
Hidup adalah nilai "A" berkala
Buta peradaban jadi puritan. . . .
Sabtu, 24 September 2011
Ngobrol ma Dumbledor, Ban Bocor, mpe Dinner ma Dinosaurus Kampus
Yups, akhirnya aku puaskan dengan makan steak jamur di Sampangan-Semarang deket ma rumah temanku Ediwan, aku lebih suka memangglnya Bagwan or Top One. Setalah berkali-kali aku sms dan ternyata dia tidur, akhirnya dia membalas smsku tepat setelah aku sampai di TKP. Tak berapa lama dia pun datang dengan sepeda butut kesayangannya.
Setelah pesan dan singkat cerita (ni buru-buru amat sich ceritanya, belum apa-apa udah singkat cerita), pesanan pun datang. Sambil menikmati steak jamur yang aku pesan, seperti biasa kami pun ngobrol mulai dari gosip kampus, adek angkatan, kapan lulus, hingga masalah absurd keahlian si Edi yaitu Cinta. Entah kenapa aku selalu kalah untuk berbicara masalah ini.
Singkat cerita (tu kan?), kami pun sholat maghrib dan isya (sebagai orang-orang yang bergama, kita harus sholat donk) dalam waktunya masing-masing. Sebenarnya aku ingin melanjutkan untuk hunting buku lagi setelah tadi siang aku belum puas hunting buku di Paragon dan Gramedia di Hotel Amaris. Dua tempat yang belum aku jamah selama aku berburu buku di Semarang. Dan betapa senangnya aku bisa menemukan buku Raditya Dika berjudul Kambing Jantan di Toko Buku Gunung Agung di Paragon dan itupun tinggal satu buah dengan sampul plastiknya yang sudah terkoyak. Mataku berbinar-binar, hampir saja menangis terharu (huhuhuhu), ingin langsung sujud syukur tapi aku rasa tidak memungkinkan. Langsung aku berlari ke arah mba Kasir dengan hati gembira dan segera membayarnya.
Yap tadinya aku ingin hunting buku lagi tapi aku pikir akan sangat asyik klo ngobrol ma Bagwan. Tibalah aku di rumah Bagwan yang bagiku serasa di hutan belantara, tempat duduk di terasnya itu lho pake kayu gelondongan ditambah lagi ada kodok mangap di depan rumahnya.
Ya aku ngobrol lagi melanjutkan obrolan tak bertema kami dari mulai kapan lulus, nulis buku, hingga obsesi ingin menjadi anak buahnya Osama, tapi kandas karena Osamanya mati duluan. Hingga endapat wejangan-wejangan bijak dari si Bagwan. Waktu yang sudah semakin malam sehingga aku akhirnya membayangkan Bagwan berubah menjadi kakek-kakek berjenggot putih dan berambut putih seperti Dumbledor.
Singkat cerita (lho?) aku pun pulang, dan ta berapa jauh ternyata aku ingin menjerit keras-keras tapi aku segera sadar aku ada di mana, sehingga kemungkinan aku akan mendapatkan barang-barag antik meilik warga. Ban motorku bocor. Ingin rasanya aku meratapi nasibku dan motorku. Sudah berkali-kali ban motorku ini bocor mungkin sudah 10 kali aku tambal. Tiap bulan minimal ban motorku akan bocor. Kadang juga dua kali dalam satu bulan. Ya akhirnya aku pulang dengan motor si Dumbledor (lho?) maksudku Bagwan.
Besok siangnya aku pergi ke rumah Bagwan lagi untuk menambal ban motorku. Setalah beres aku tambal, aku diajak makan ma Bagwan, abis tu lagi aku hendak pulang. Dan ... baru aku mau meninggalkan rumah Bagwan, ternyata ... banku bocor lagi... ah menyebalkan... akhirnya aku pun menggnati ban dalam motorku.
Yah semoga tak ada lagi penderitaanku untuk menuntun sepeda motorku karena ban motorku bocor.
Oya, malamnya aku makan malem bareng ma Dinosaurus Kampus alias seniorku yang udah lebih lama dariku gak lulus-lulus. Ya aku do'akan saja semoga cepet punah. Makan malem di SS (Super Sambel) tempat makan agak elit di Tembalang dan favorit karena sambalnya dan harganya pun lumayan. PAdaha tidak bisa dipungkiri bahwa uang kami juga cekak, meskipun begitu kita tetap harus eksis. Yap akhirnya aku pun memutuskan untuk memesan makanan yang agak agak elit bernama telur dadar dengan minuman es teh.
Ah sudahah ceritanya kayaknya basi banget ya ??? udah nagntuk nich ...
Selasa, 20 September 2011
Kucing Kampus
Entah, kabar dari kecoa mana? Tiba-tiba banyak yang bilang ke aku, klo aku sekarang beda kaya aku yang dulu. Aku yang sekarang pada bilang aku gak jelaslah, aku GJ-lah (oh sama ya?), aku sotoy lah, bahkan ada yang bilang aku stress. Beda banget kaya aku yang dulu, klo aku yang dulu lebih sopan, alim, suka nunduk-nudnuk kaya onta, pokoknya sosok laki-laki idaman lah. Sekarang? Wuiiih, percaya atau nggak, sekarang aku lebih gila men. Alias gila beneran.
"Iya, kemaren aku telponin RSJ, terus aku kasih makan hokben"
Hanya imajinasiku saja ...
Inilah episode hidupku yang membuatku harus jumpalitan dan dituduh "gila." Semula memang aku dikenal sebagai mahasiswa yang lurus-lurus aja, gak nyerong kanan atau nyeorng kiri. Tapi sejak mengambil skripsi ternyata hidupku hampir berubah. Aku bukan mahasiswa yang lurus lagi, tapi udah kaya benang ruwet. Tapi justru dari sinilah aku mencoba menemukan makna hidup itu sendiri. Dengan melihat hal-hal unik di sekitarku, dengan melihat sisi-sisi lain dalam kehidupan ini, bahkan mentertawakan semuanya.
Aku mengambil skripsi dan menuliskannya di KRS dua semester yang lalu. Tetapi, aku sendiri belum ngeh buat mengerjakannya. Selain waktu itu masih sibuk di organisasi, juga kadang ada saja masalah sepele yang membuatku terhambat. Seperti masalah dosen pembimbing yang sudah penuh, atau masalah judul skripsiku yang aneh-aneh sehingga gak ada dosen pembimbing yang bisa.
Kadang aku iri dengan teman-temanku, atau adek-adek angkatanku yang punya tekada, terlebih-lebih mereka yang telah lulus. satu per satu dari mereka lulus, diwisuda dan bekerja atau melanjutkan hingga magister. Sedangkan aku masih berkutat dengan bagaimana aku harus mengerjakan skripsiku. Beberapa cerita kemudian bermunculan dari aktvitasku yang satu ini.
Tapi kadang heran juga sich, meskipun termasuk telat lulus, malah banyak yang suka tanya tentang skripsi. Curhat tentang skripsi, sampe minta dicariin judul skripsi.
Minggu, 18 September 2011
PsikoGerontologi : Ketika Bapak ma Ibu Udah Pensiunan
Dan aku baru tau klo lele juga mengkonsumsi obat semacam Supertetra. Tau kah kau obat apa itu? Ya terkadang tu obat aku beli karena ayahku kena diare. Aku juga pernah sekali dan manjur buat ngilangin diare. Aku gak tau kenapa Lele pun perlu diberi obat diare seperti itu?? Apakah lele terlalu banyak makan sehingga bisa kena diare? Atau lainnya... intinya obat ini manjur untuk diminum siapapun, dan tidak hanya manusia. Jadi klo besok hamster Anda kena diare, cobalah minumkan supertetra.
Banyak hal luar biasa yang akan ditemui ketika orang tua sudah semakin tua. Seperti bertanya sesuatu yang sebenarnya sudah pernah ditanyakan bahkan berulang-ulang, ketika kedua-duanya sakit ternyata masih bisa saling mencak-mencak (klo ini sich ortuku), rajn beribadah, bahkan ortuku rajin kredit motor baru tiap tahun. Padahal aku sudah tidak mau motor baru, tetapi masih tetap saja dibelikan. Walhasil hampir tiap tahun aku seperti gonta-ganti motor. Suka makan jajanan, marah-marahan tapi ntar akur lagi. Aduuuh pusiiiing. Tapi, bagaimanapun aku menyadari satu hal bahwa keganjilanku ternyata benar-benar diwariskan oleh kedua orang tuaku bukan karena dulu aku pernah diasuh oleh sinpanse.
Selasa, 13 September 2011
Psikologi Perkembangan : Kita berubah
Senin, 12 September 2011
Psikologi Umum : Motivasi
Ibu : Lagi kuliah Mas?
Aku : Iya Bu (jawabku sok sopan, halah)
Ibu : Oooh, kuliah di mana?
Aku : di UNDIP
Ibu : oh UNDIP, ambil apa?
Aku : (Ni Ibu nanya apa nginterogasi akau sich? Emang aku maling, pake nanya mau ngambil apa? Tapi, ya sudahlah namanya juga orang awam) Psikologi, Bu
Ibu : Oh, Psikologi, penerusnya Mama Laurent berarti ya? Hahaha (sambil ngajak ketawa teman-temannya yang lain)
Aku : (Jedug-jedugin kepala ke tembok)
Pak Carik : Kuliah di mana aja nich?
Teman-temanku : Menjawab satu per satu jurusannya
Aku : Psikologi Pak
Pak Carik : Oh, Ya Anda meskipun mempelajari yang gaib-gaib juga harus tetap mempelajari yang materi
Aku : Oh, My God, dosa apakah aku ini masuk ke psikologi?
Klien dadakan : Eh, lu kan kuliah di psikologi? AKu ini orangnya kaya apa ya?
Orang Psikologi : bentar-benar, saya lihat di bola kristal ini (sambil menggerak-gerakan jari-jemari di atas bola kristal), wah, di sini banyak asap, kamu adalah orang yang tertutup, sulit bergaul, suka bakar sampah, hidupmu bakalan kabur, masa depanmu suram, dan ...
Klien dadakan : MAMAAAH, AKU INGIN MATI AJA....
Minggu, 11 September 2011
Tong Sampah
Misalnya ketika aku dan temanku Amin menjadi panitia dalam sebuah acara di balai kota Semarang yang menghadirkan beberapa pejabat pemerintahan. Acara yang berlangsung di lantai paling atas dari 8 lantai itu kalau tidak mau mati ketawa lewat tangga. Ya kita harus lewat lift jalan satu-satunya. Tapi, melihat jumlah undangan yang banyak, menurut temanku Amin, hal itu tidak memungkinkan. "Bagaimana kalau kita pake tempat sampah aja?" celetuk aku. "Boleh juga" kata si Amin. "Tapi, sayang tempat sampahnya kekecilan,kasihan nanti undangannya kesereten lewatnya"
Ya itu sekelumit kisah tentang waham tempat sampah yang dialami oleh temanku, yang kemudian ternyata menular juga ke aku.
Tong sampah, profesi psikologi memang tidak jauh dari hal ini. Meskipun jangan diartikan bahwa lulusan psikologi berarti menjadi kuli angkut sampah.
Bocah : Mak, mak tu lulusan psikologi ya?
Emak : Psikologi tu nama makanan apa Tong?
Bocah : Berarti emak pernah kuliah dong Mak? Kok hidup kita masih miskin mak?
Emak : Aduh Tong, Emak bener-bener gak ngerti yang Otong omongin?
Aduh, gak kebayang dech, ilmu psikologi itu meelajari tentang sampah
Dosen : Anak-anak, jadi menurut Freud, seorang tokoh psikologi, mengatakan bahwa sampah adalah suatu rangkaian kata yang diawali oleh huruf s dan diakhiri dengan huruf h, mengerti?
Mahasiswa : Mengerti pak
Dosen : Baik, besok tolong bawakan contoh-contoh dari sampah masyarakat yang ada d sekitar kita.
Mahasiswa A : Bapak saya boleh?
Dosen : Kenapa bapakmu?
Mahasiswa A : Bapak saya tukang mabok
Dosen : Ya terserahlah
Intinya, jurusan psiklogi bukan ilmu tentang persampahan dala arti sebenarnya. Melainkan dalam artian lain. Para psikolog sering menjadi tempat curhat dari para kliennya untuk menyampaikan sebuah permasalahan, baik itu suaminya yang berselingkuh, istrinya yang selingkuh, anaknya selingkuh, neneknya selingkuh, kakeknya selingkuh, hingga kucingnya pun selingkuh, selingkuh itu hanya contoh salah satunya. Klo remaja biasanya berkisar pada persoalan cinta monyet. Asli bener-bener tu remaja dah gak waras, masa cinta ma monyet? Manusia aja masih banyak?
Semua permasalaan itu yang terkadang disebut sebagai sampah, dan yang mendengarkannya adalah tong sampah, alias psikolognya adalah tempat sampah. Kadang ngenes banget ngeliat kaya beginian. Profesi psikolog disamain dengan tempat sampah. Kenapa gak disamain dengan toilet kek, kakus kek, jamban kek, gak elit banget. Ya intinya sich sekali lagi profesi sebagai orang psikologi itu bukan profesi yang berkaitan dengan persampahan atau bisa disamakan dengan tempat sampah.
Gak bisalah tempat sampah bisa ngasih sesuatu yang lain klo misalnya kita buang sampah ke situ. Gak bisa kan? Misalnya kita buang es krim ke tong sampah, kemudian dari tu tong sampah keluar es krim baru. Sedangkan profesi psikologi kita bisa memproduksi hal baru dalam bentuk psikoterapi misalnya, konseling, atau apapun. Hayyo lebih elit mana?
Hal ini berlaku juga buat orang lain yang merasa menjadi tempat curhatan dari seseorang, meskipun dia bukan orang psikologi. Jangan mau dikatakan sebagai tempat sampah, sekal lagi JANGAN MAU. Hina banget klo kita disebut sebagai tempat sampah.
Ya beberapa kasus ada yang menganggap tempat sampah beneran sebagai tempat curhat beneran.
Orang stres : Gini Tong, saya marahan ma istri saya. Saya memergoki istri saya sedang selingkuh dengan gerobag sampah. Rasanya hati ini hancur, hancur, hancur berkeping-keping
Tong Sampah : ...............
Orang Stres : Apakah saya sudah tidak ganteng lagi? Apakah saya sudah tidak layak lagi jadi suami?
Tong Sampah : ...............
Orang Stres : Kejadiannya gini, waktu itu saya pulang kantor dan melihat istri saya sedang mengendap-endap di belakag rumah, saya pergokin ternyata dia sedang membuang sampah ke tu gerobag. Kejadiannya gak satu kali, tapi berkali-kali bahkan tiap hari Tong, tolong beri saya solusi... hikz hikz
Tong Sampah : ......................
Klo tu tong sampah bisa ngomong, mungkin dia akan berkata, "GEROBAG SAMPAH? TU SUAMI GUE TAU, KURANG AJAR TU, TERNYATA DIA SELINGKUH??"
Ya bagi Anda yang asih menganggap bahwa tempat sampah itu sama seperti profesi psikologi, segeralah bertaubat, mandi kembang 8 rupa (udah gak jaman mandi kemang 7 rupa) ma guling-guling sambil kayang (nah lho, pikirin ndiri tu gimana caranya).
Entah, ke depan, akan ada hal inovatif apa lagi yang terjadi dengan tempat sampah?? setelah temanku menganggapnya sebagai alat untuk berpindah tempat dan mesin waktu. Sedangkan aku mengusulkan tong sampah juga bisa jadi tempat curhat. Mungkin ke depan tempat sampah bisa dinikahi, bisa untuk melihat masa depan, dan lain sebagainya... Silakan berinovasi
Sabtu, 10 September 2011
SKRIPSI, kata yang menyebalkan bagiku saat ini
SKRIPSI, mungkin ini kata paling tidak ingin aku dengar saat ini. Ketika kata ini tersebut yang tergambar dala benakku adalah sebuah beban. Dan aku benci dengan sebuah beban. Karena beban aku pernah dirawat di rumah sakit karena Typhus dengan tingkat cukup tinggi semasa SMA dulu. Aku tak ingin sakit lagi, meskipun aku pernah betah ada di rumah sakit karena tempat itu terasa lebih nyaman daripada rumahku sendiri. Kejadian itu terulang lagi ketika awal-awal aku menjadi ketua panitia Ramadhan di kampus psikologi. Untungnya masih gejala. Kejadian itu juga hampir terulang lagi ketika di akhir-akhir kepengurusan skripsiku, untungnya kali ini aku bisa dirawat jalan.
Mustahil memang melihat aku yang masih BAB II. Aku pun bertanya-tanya dengan para senior yang telah lulus dengan menggunakan fenomenologis, seperti mas Aan, mas Wakhid, Mas wakhid focus selesai 6 bulan, mas Imron 4 bulan tapi metodenya aneh, dan mas Aan hanya 2 minggu tapi dia sudah membantu pak Akung di tempat penelitiannya. Aku belum yakin,
Secercah harapan dari bu EKD selaku dosbingku pun muncul ketika BAB I-ku diterima,“Klo kamu mau focus, 1 bulan aja cukup kok untuk menyelesaikan skripsimu”
Setelah itu aku berpikir agak lama di depan ruang dosen social, sambil mengetik surat untuk ayah dan ibu di rumah. Bisakah aku bisa focus selama 1bulan? Sedangkan bebanku di Semarang cukup banyak memakan waktuku?? Yap, beban di organisasi, beban-beban lain (seperti manggul batu, jadi kuli WC, dsb), beban kost yang belum aku bayar, dsb. aku rasa tidak, haruskah aku meminta 1 bulan untuk berhenti dari semua itu? Aku pun tak berani, aku jalani saja semampuku. Berapa lama ya aku bisa selesaikan ini?
Tapi, lagi-lagi beban, beberapa hambatan pun akhirnya mula datang, laptop untuk mengerjakan skrpsiku mati, aku yang belum mendapatkan subjek, ditambah literature-literatur bahasa Inggris yag membuatku terasa pening. Setiap hari aku lalui di perpustakaan, tidur pun aku di perpustakaan.
Kata seorang psikolog pada sebuah bedah buku “Sekolah? Siapa Takut!” yang pernah aku ikuti dulu di kota Tegal waktu aku masih SMA, bilang bahwa kecerdasan laki-laki itu lebih tinggi daripada perempuan, tapi, kenapa aku masih tetep kuwuk juga?? Kenapa perempuan yang sering peringkat atas mengalahkan laki-laki? Jawabannya ketekunan, perempuan lebih tekun dari laki-laki. Mungkin juga aku belum menekuni ini, aku belum menikmati ini. Atau judulnya yang terlalu susah bagiku? AKu rasa tidak, tema ini sudah aku tekuni sejak lama. Hanya saja aku belum menemukan subjek yang tepat. Beberapa orang yang aku percaya bisa memberikan rekomendasi, seperti tidak memberikan respon kepadaku. “Mungkin aku harus berjalan sendiri untuk hal ini”
Banyak yang bilang aku bertambah gila karena skripsiku. Aku pikir biarlah. Aku menikmati kondisi ini. “Simpel, saat ini aku hanya ingin tersenyum dan tertawa serta bertindak di luar kebiasaan, atau menjadi diriku yang berbeda” Jika sebelumnya aku tak pernah menyentuh bagian buku-buku humor di Gramedia yang aku rajin kunjungi setiap satu minggu sekali, kini bagian ini menjadi bagian wajib bagiku, mengalahkan bagian psikologi, motivasi, atau bahkan islam. Aku ingin tertawa dan tersenyum saat ini, tak masalah jika aku mentertawakan diriku sendiri, maupun apa yang aku alami. Juga film-film humor. Jangan heran jika aku tiba-tba menyukai buku-buku genrenya Raditya Dika, dkk. SImple, i just wanna laugh and smile (eh bener kan tulisannya?)
Beberapa orang berniat memberiku support, tapi entah tak berefek padaku. api, mungkin akan ada support dari beberapa orang yang bahkan tak terduga yang bisa saja akan memberikan epifani kepadaku. Sayangnya aku belum menemukannya. Bisa saja ada dari kalian, atau orang yang aku temui di jalan. aku tak tahu. Aku sedang berkihtiar mencarinya. Beerapa yang aku temui aku anggap basi, seperti "SKRIPSImu inget dikerjakan" dua tiga atau lebih orang mengatakannya, dan aku jawab "Eh, suka-suka aku dong" atau "Aduh, apaan tu?"hehe
Hingga tulisan ini aku buat aku belum tau lagi kapan aku ingin kembali ke Semarang, jika aku ke Semarang mungkin untuk sesuatu yang khusus aku inginkan. Tenang jika ada yang bilang, “SKRIPSInya bagaimana?” Kemungkinan pertama aku tidak akan menjawabnya. Kemungkinan kedua aku akan menjawabnya baik-baik saja. Kemungkinan ketiga aku akan menjawabnya aku ingin melupakannya. Kemungkinan keempat aku akan menjawab aku tak menginginkannya. Kemungkinan kelima aku akan menjawab “Aduh itu apa ya?” (Jika ini sudah terjadi, mungkin aku sudah terkena amnesia akut^^), atau kemungkinan lain yang segera akan terpikirkan.
Jika selama ini aku kaya badut, ada yang pernah baca statusku yang aku kutip dari film Vina Bilang Cinta, klo gak tau cari ndiri ya… Teman-teman ADSP 2006 dan Mas Imron Terima kasih untuk semua perhatiannya… ^^ Sukses untuk yang sedang merayakanya ...
Ya sudahlah aku hanya ingin bercerita saja ... KLo ada yang gak berkenan jangan masukin ati ni komputer ntar lu bisa ayan lho ...
10 September 2011, selesai aku tulis pukul 17.12 WIB (Adelaide Sky – OST Kambing Jantan)