Sewaktu saya menginjakkan kaki saya di terminal Hat Yai, well, masih lumayanlah, saya tidak terlalu merasa “lost”, saya melihat beberapa tulisan Thailand dan bahasa Inggris bersamaan di papan pengumuman, dan promosi travel agent yang ditempel di terminal, jadi saya pikir, segalanya bakal mudah. Eit, keluar dari terminal, dengungan orang berbicara sudah semakin asing, dan semua petunjuk jadi dalam bahasa Thailand yang melungker-lungker itu. Waktu saya keluar terminal, supaya ga terlalu terlihat cupu saya memutuskan untuk diem alias duduk tenang di kursi terminal sekalian ngencengin tali backpack saya dan melihat situasi di terminal yang sebelas-dua belas aja ma terminal di Indonesia, yaitu banyak calo! Karena hal itu saya dan teman saya memutuskan untuk beli sim card lokal di toko terdekat dan sekalian bertanya pada bapak pemilik toko, yang dengan ramah memberitahu untuk menuju Phuket menggunakan bis yang terdapat di terminal lain dan untuk menuju ke terminal itu bisa menggunakan tuktuk dengan tarif 80 baht (menjadi 50 baht setelah ditawar). Sambil menikmati perjalanan dengan tuktuk, semakin hilanglah huruf-huruf yang saya pahami seumur hidup saya. Papan iklan, nama toko, papan nama jalan, semuanya dalam huruf-huruf Sanskrit! Yang saya hanya lihat dalam sastra jawa kuno dan..pelajaran sejarah waktu SMP! Alhasil jadilah saya buta huruf.
Sesampai di terminal, langsung beli tiket menuju Phuket dengan harga 344 baht di loket resmi, beruntunglah, ibu petugas loket menjelaskan dengan detail bis yang digunakan, lama perjalanan, dan perbandingan dengan bis lain. Oh iya, dia menawarkan dua jenis bis yang menuju Phuket, yang pertama bis biasa 275 baht (tidak ber-ac) dan lama perjalanan sekitar delapan jam dan yang kedua bis yang bertingkat dan ber-ac dengan lama perjalanan enam jam, ehm karena perbedaannya tidak terlalu signifikan akhirnya kami memutuskan bis kedua, wah lumayan bisnya. Bersih, ber ac, dan tertib pula.
Akhirnya bis pun menuju Phuket, dan…pemandangan yang terlihat adalah..foto raja ada dimana-mana! Saya pertama pikir itu adalah salah satu bentuk sisa-sisa kampanye politik, karena pada waktu itu Thailand baru saja melantik perdana menteri yang baru, dan yang terpilih adalah perdana menteri Thailand yang cantik itu. Ya meskipun, ada beberapa juga sih yang pasang foto ratu, tapi tetep, over all, yang menang foto si raja.
Karena kecapean akibat badan ngelungker semaleman tidur di kursi kereta kayak bekicot digaremin, alhasil begitu bis jalan beberapa kilometer saya dan teman saya ketiduran, dan saat tiba-tiba bangun, #zzziiing...bis kosong! Semua penumpang sudah turun, sempet panik juga.Hah? Kan perjalanan baru dua jam, masa' sudah sampe, apalagi berhentinya di terminal gitu, untunglah ada mas-mas yang tiba-tiba nyamperin kursi kami, dan bertanya dalam bahasa inggris apakah kami menuju Phuket, dan dia menjelaskan bahwa, kami harus berganti bis karena bis ini mengalami gangguan, wah untungnya, bis yang sama persis sudah menunggu di belakang bis ini. Salut!
Selama perjalanan, saya dan temen saya selalu dikira orang Thailand dan beberapa kali pramugari bis menghampiri kami dan berbicara bahasa Thai pada kami, kalimat andalan kami adalah : “Phood Thai mai dai” yang artinya “saya ga bisa ngomong thai” hehe. Setelah itu, mulailah satu bis tahu kami bukanlah orang thailand, dan beberapa penumpang juga membantu kami dalam menerjemahkan bahasa Thai kalau-kalau si pramugari mengumumkan nama kota yang dilewati. Saya bilang pramugari karena, petugas bisnya memang berseragam rapi loh, dan ramah meskipun dengan bahasa inggris seadanya tapi saya sangat salut untuk usaha mereka memuaskan penumpang.
Nasib oh nasib buta aksara dan buta bicara di negeri orang.