Ola, Hari-hari yang luar biasa aku lalui dua hari ini, dimulai dari makan steak jamur di Sampangan. Gak tau tiba-tiba aku pengen balas dendam makan steak. Setelah kemaren selasa jalan-jalan di Rita Super Mall Tegal dan makan steak ma Ari di Food Court-nya ternyata steaknya gak memuaskanku, karena ukurannya yang tidak memuaskan hasrat perutku yang sudah bertambah volumenya.
Yups, akhirnya aku puaskan dengan makan steak jamur di Sampangan-Semarang deket ma rumah temanku Ediwan, aku lebih suka memangglnya Bagwan or Top One. Setalah berkali-kali aku sms dan ternyata dia tidur, akhirnya dia membalas smsku tepat setelah aku sampai di TKP. Tak berapa lama dia pun datang dengan sepeda butut kesayangannya.
Setelah pesan dan singkat cerita (ni buru-buru amat sich ceritanya, belum apa-apa udah singkat cerita), pesanan pun datang. Sambil menikmati steak jamur yang aku pesan, seperti biasa kami pun ngobrol mulai dari gosip kampus, adek angkatan, kapan lulus, hingga masalah absurd keahlian si Edi yaitu Cinta. Entah kenapa aku selalu kalah untuk berbicara masalah ini.
Singkat cerita (tu kan?), kami pun sholat maghrib dan isya (sebagai orang-orang yang bergama, kita harus sholat donk) dalam waktunya masing-masing. Sebenarnya aku ingin melanjutkan untuk hunting buku lagi setelah tadi siang aku belum puas hunting buku di Paragon dan Gramedia di Hotel Amaris. Dua tempat yang belum aku jamah selama aku berburu buku di Semarang. Dan betapa senangnya aku bisa menemukan buku Raditya Dika berjudul Kambing Jantan di Toko Buku Gunung Agung di Paragon dan itupun tinggal satu buah dengan sampul plastiknya yang sudah terkoyak. Mataku berbinar-binar, hampir saja menangis terharu (huhuhuhu), ingin langsung sujud syukur tapi aku rasa tidak memungkinkan. Langsung aku berlari ke arah mba Kasir dengan hati gembira dan segera membayarnya.
Yap tadinya aku ingin hunting buku lagi tapi aku pikir akan sangat asyik klo ngobrol ma Bagwan. Tibalah aku di rumah Bagwan yang bagiku serasa di hutan belantara, tempat duduk di terasnya itu lho pake kayu gelondongan ditambah lagi ada kodok mangap di depan rumahnya.
Ya aku ngobrol lagi melanjutkan obrolan tak bertema kami dari mulai kapan lulus, nulis buku, hingga obsesi ingin menjadi anak buahnya Osama, tapi kandas karena Osamanya mati duluan. Hingga endapat wejangan-wejangan bijak dari si Bagwan. Waktu yang sudah semakin malam sehingga aku akhirnya membayangkan Bagwan berubah menjadi kakek-kakek berjenggot putih dan berambut putih seperti Dumbledor.
Singkat cerita (lho?) aku pun pulang, dan ta berapa jauh ternyata aku ingin menjerit keras-keras tapi aku segera sadar aku ada di mana, sehingga kemungkinan aku akan mendapatkan barang-barag antik meilik warga. Ban motorku bocor. Ingin rasanya aku meratapi nasibku dan motorku. Sudah berkali-kali ban motorku ini bocor mungkin sudah 10 kali aku tambal. Tiap bulan minimal ban motorku akan bocor. Kadang juga dua kali dalam satu bulan. Ya akhirnya aku pulang dengan motor si Dumbledor (lho?) maksudku Bagwan.
Besok siangnya aku pergi ke rumah Bagwan lagi untuk menambal ban motorku. Setalah beres aku tambal, aku diajak makan ma Bagwan, abis tu lagi aku hendak pulang. Dan ... baru aku mau meninggalkan rumah Bagwan, ternyata ... banku bocor lagi... ah menyebalkan... akhirnya aku pun menggnati ban dalam motorku.
Yah semoga tak ada lagi penderitaanku untuk menuntun sepeda motorku karena ban motorku bocor.
Oya, malamnya aku makan malem bareng ma Dinosaurus Kampus alias seniorku yang udah lebih lama dariku gak lulus-lulus. Ya aku do'akan saja semoga cepet punah. Makan malem di SS (Super Sambel) tempat makan agak elit di Tembalang dan favorit karena sambalnya dan harganya pun lumayan. PAdaha tidak bisa dipungkiri bahwa uang kami juga cekak, meskipun begitu kita tetap harus eksis. Yap akhirnya aku pun memutuskan untuk memesan makanan yang agak agak elit bernama telur dadar dengan minuman es teh.
Ah sudahah ceritanya kayaknya basi banget ya ??? udah nagntuk nich ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar