Entah, kabar dari kecoa mana? Tiba-tiba banyak yang bilang ke aku, klo aku sekarang beda kaya aku yang dulu. Aku yang sekarang pada bilang aku gak jelaslah, aku GJ-lah (oh sama ya?), aku sotoy lah, bahkan ada yang bilang aku stress. Beda banget kaya aku yang dulu, klo aku yang dulu lebih sopan, alim, suka nunduk-nudnuk kaya onta, pokoknya sosok laki-laki idaman lah. Sekarang? Wuiiih, percaya atau nggak, sekarang aku lebih gila men. Alias gila beneran.
Terus aku berpikir, emangnya aku kenapa ya? Segera aku teringat tentang diagnosaku ketika masih nyantri di RSJ di daerah Jawa Timur. Di situ hasil tes menunjukan bahwa aku terindikasi DEPRESI. Hmmm, mungkin ini dia masalahnya. Ternyata waktu dua minggu belum cukup untuk memulihkan kondisi kejiwaanku. Sehingga masih bisa kumat sekarang. Obatku mulai jarang aku minum. Mungkin aku perlu kontrol lagi barangkali ada peningkatan dari depresi mengarah kepada skizofrenia.
Hal ini tidak lah aneh karena akhir-akhir ini aku sering memiliki waham terhadap tempat sampah yang bisa membawaku ke tempat lain atau waktu lain yang aku inginkan. Tinggal menunggu waktu hingga suatu hari nanti aku akan tiba-tiba pergi sendiri dengan baju yang kumuh sobek -sobek, rambut gimbal, dan suka mengorek-ngorek tempat sampah. Sambil mengejar-ngejar anak-anak cewek SMA yang baru pulang dari sekolah. berteriak-teriak sendiri di tengah-tengah kota. Betapa bahagianya... dan tiba-tiba ada yang menyapaku, "Eh kamu kan Faisal kan temanku dulu waktu kuliah? kamu kenapa?? Ya Alloh" Kata seorang cewek yang mengaku mengenalku.
Aku akan menjawab, "Bukan, aku datang dari masa depan... hahaha"
"Ya Alloh, kasihan banget sich kamu, bentar-bentar ya aku telponin RSJ"
Di suatu saat yang lain, mungkin dia akan bertemu dengan temanku yang lain,
"Hei, tau gak kemaen tuh aku kan jalan-jalan di Simpang Lima, terus aku ketemu ma orang gila gitu lagi ngorek-ngorek tempat sampah, sambil berkata, 'bawalah aku-bawalah aku' gitu, tau gak kamu, itu siapa?"
Kata temanku yang lain, "Hah, emang siapa?"
"Ternyata itu itu itu Faisal, teman kuliah kita dulu"
"Hah? Apah? Yang bener lu?"
"Iya, kemaren aku telponin RSJ, terus aku kasih makan hokben"
"Iya, kemaren aku telponin RSJ, terus aku kasih makan hokben"
"Enak bener?"
"Iya, habis itu petugas RSJ dateng, pas mau ditangkep tu orang, malah kejar-kejaran terus lari ke sebuah tempat sampah, sambil berkata, 'bawa aku pergi bawa aku pergi'"
"Ih tragis ya? Mang kenapa dia bisa sampe gitu?"
"Belum diketahui penyebab pastinya, tapi aku dapet info dikit-dikit dari teman-teman kita, klo dia gak lulus, skripsinya terbengkalai"
"Jadi dia kayak gitu gara-gara skripsi?"
"Iya, menyedihkan ya?"
"Iya"
Aduh kasihan banget klo kaya gitu??? mungkin itu bisa cukup memuaskan buat mereka yang penasran dengan perubahanku saat ini. Mungkin memang aku gak ssecupu dulu lagi, mungkin aku gak se alim dulu lagi, mungkin aku gak se homo kaya dulu lagi, mungkin aku gak se se yang lain lagi. Ya biarlah apapun pendapat mereka tentang perbedaanku saat ini. Yang terpenting bagiku adalah aku bisa menikmati hidup ini lebih seru.
Ya memang harus aku akui bahwa ini semua bermula dari skripsi yang aku kerjakan. Sebagai syarat kelulusan sebagai mahasiswa. Memang SKRIPSI ini membuatku menjadi semakin menggila. Bukan karena sulit atau tidaknya tetapi karena beban yang aku tanggung ketika mengerjakan skripsi ini. Ortu yang mendesak untuk segera lulus atau kalau tidak semester depan aku tidak akan dibiyayai lagi, bu kostku yang sudah bosan melihat tampangku yang imbisil, teman-temanku yang satu per satu juga mulai pergi meninggalkanku, adek-adek angkatanku yang semakin hari semakin menyebalkan karena terus berdemo mununtut kelulusanku tapi dengan nada mengejek, para bapak ibu lain yang menunggu kelulusanku untuk segera dinikahkan denganku (cih, GR banget, modal apa lu? Cuman modal Istighfar?), dosen waliku yang semestinya juga sudah bosan melihat tiap semester ni macan kampus belum lulus-lulus juga, dan aku sendiri yang merasa seharusnya sudah mulai hidup merana di persimpangan jalan sambil menengadahkan tangan (ah, dari nol sich dari nol tapi gak segitunya kali).
Hanya imajinasiku saja ...
Inilah episode hidupku yang membuatku harus jumpalitan dan dituduh "gila." Semula memang aku dikenal sebagai mahasiswa yang lurus-lurus aja, gak nyerong kanan atau nyeorng kiri. Tapi sejak mengambil skripsi ternyata hidupku hampir berubah. Aku bukan mahasiswa yang lurus lagi, tapi udah kaya benang ruwet. Tapi justru dari sinilah aku mencoba menemukan makna hidup itu sendiri. Dengan melihat hal-hal unik di sekitarku, dengan melihat sisi-sisi lain dalam kehidupan ini, bahkan mentertawakan semuanya.
Aku mengambil skripsi dan menuliskannya di KRS dua semester yang lalu. Tetapi, aku sendiri belum ngeh buat mengerjakannya. Selain waktu itu masih sibuk di organisasi, juga kadang ada saja masalah sepele yang membuatku terhambat. Seperti masalah dosen pembimbing yang sudah penuh, atau masalah judul skripsiku yang aneh-aneh sehingga gak ada dosen pembimbing yang bisa.
Kadang aku iri dengan teman-temanku, atau adek-adek angkatanku yang punya tekada, terlebih-lebih mereka yang telah lulus. satu per satu dari mereka lulus, diwisuda dan bekerja atau melanjutkan hingga magister. Sedangkan aku masih berkutat dengan bagaimana aku harus mengerjakan skripsiku. Beberapa cerita kemudian bermunculan dari aktvitasku yang satu ini.
Tapi kadang heran juga sich, meskipun termasuk telat lulus, malah banyak yang suka tanya tentang skripsi. Curhat tentang skripsi, sampe minta dicariin judul skripsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar