Dari SKRIPSI sampe PNS kena PMS
SKRIPSI, suatu kata yang diawali huruf S dan diakhiri dengan huruf I (‘Ya elah, semua juga tau Dodol’ ‘He… maap ^^v’). Singkatnya adalah tugas akhir yang harus dikerjakan oleh mahasiswa strata 1 di Perguruan Tinggi. Untuk mendapatkan gelar sesuai dengan jurusannya masing-masing, yang teknik dapet gelar ST, yang kedokteran dapet gelar S.Ked, yang psikologi dapet gelar S.Psi (Sarjana Pawang SInga), ya biasanya ngurusin orang-orang yang ge meledak-ledak emosinya juga ga kan kaya singa ge kena stroke.
Sebuah penantian yang tinggal menunggu waktu untuk sebuah akhir yang membahagiakan (Happy Ending) dengan diwisuda. Sambil liat orang tua senyam-senyum kadang bawa orang sekampung buat liat anaknya diwisuda. Biasanya nyewa open kap biar nampung orang banyak (lha ini mau liat orang diwisuda apa mau piknik?). Maklumlah klo misalnya satu kampung itu baru tu anak yang berhasil jadi sarjana. Pulang langsung dicalonin jadi lurah dijodohin ma anaknya Pak Kaji.
Tetapi, di balik semua kegembiraan itu, terdapat cerita mengenaskan bagi mahasiswa yang sedang menjalani eS Kei aR aI Pi eS aI, SKRIPSI. Ah pokoknya membuat bulu kuduk merinding. Biasanya dialami oleh mahasiswa yang sudah melebihi 4 tahun (ya Kaya aku ini). Tiba-tiba jadi sensitive banget kaya perempuan lagi kena PMS. Pertanyaan yang membuat telinga ini kaya disodok pake monas, “Gimana SKRIPSInya? Sudah sampe mana?”
Jleb
Gak tau kenapa? Tapi, para PNS ini (PNS = Pecinta Nundain Skrpsi), sangat sensitive. Bahkan di beberapa kasus tertentu mampu merubah temperamen seseorang. Dari yang periang jadi galak, dari yang alim bisa nambah stress. Mungkin akan lebih pas klo pake baju bertuliskan “Awas, PNS Galak, Loe nyentuh, Gue damprat sampe laut” Ih buset dah. Tapi tidak dipungkiri itulah yang terjadi.
Fenomena yang mengenaskan terjadi pada beberapa aktivis organisasi kampus. Citranya bisa jatuh hanya karena udah 3 tahun gak lulus-lulus. Karena keaktivan demo, mikirin negara ma rakyat sampe lupa ma urusan sendiri, sebenarnya sudah bukan berita langka sich tentang hal ini. Tapi sekarang para aktivis itu perlahan pasti sudah banyak yang lulus tepat waktu.
Selain para aktivis itu, mereka yang telat juga biasanya berasal dari para pekerja sampingan karena butuh duit. Entah karena berasal dari keluarga yang kurang mampu (kalo ini aku maklum) atau karena udah dideadline ma penanggung biayayanya, sehingga terpaksa harus banting otak (BTW istilah banting tulang sekarang kagak jaman, yang ada sekarang istilah banting otak, coz kerjaan mana yang gak pake mikir, ya mikir barangnya gak laku, gak mutu, sampe gak jalas).
Selain itu, ada mahasiswa yang lelet kerjain skripsinya karena berbulan-bulan yang didiskusikan Cuma judulnya aja, “Aduh judulku apa ya?” “mau meneliti apa ya?” Aduh, kucing tetanggaku mau gak ya aku teliti?” dsb dsb. Tidak jarang orang-orang seperti ini akan melibatkan orang lain untuk memberikan pencerahan padanya. “Ayo, Mba apa donk judulnya? Yang gampang, yang cepet selesai, soalnya aku mau dijodohin ma anaknya bupati.”
Mungkin ada tipe-tipe lain yang menyebabkan seorang mahasiswa jadi terlambat menyelesaikan skripsinya. Tapi, ada juga yang merasa dihambat ma dosen pembimbingnya, “Dosbingku yang satu maunya gini, yang lainnya mintanya gitu, yang satu mintanya pake sampul pink, yang lain minta pake sampul dari daun” Gak penting banget. Segera untuk berkonsultasi ke dosen biro skripsi klo sudah mengalami masalah seperti ini.
Apalagi klo udah masa-masa skripsi, ternyata kemudian masih disibukan lagi dengan masalah bumi kaya organisasi yang dulu diikuti terancam, atau masalah pelik di birokrasi kampus, hingga kampus mau dibubarin karena punya mahasiswa yang gak lulus-lulus, beuuuh, gak kepikir betapa tambah sensitifnya seorang PNS. Jargonnya biasanya, “Ah, aku pengen cepet-cepet lulus pengen keluar dari kandang macan ini”
Buat aku sendiri, masa-masa skripsi adalah masa-masa penuh tantangan (sok bijak). Lebih tepatnya masa-masa yang penuh sakit hati. Gimana gak? Kasus pertama, klo liat teman-teman deket satu per satu dah mulai hilang, ini sangat menyedihkan. Kasus kedua, klo ternyata adek-adek kita dah ada yang nyalip, asli ini nyakitin banget, rasanya kaya ditusuk pake tombak ma orang Aborigin. Kasus ketiga, klo udah ada yang bilang, “Mas, buruan lulus aku udah bosen liat kamu di sini” Gue nyadar ini kutukan, karena dulu aku suka bilang-bilang gitu ke seniorku, kualat nich.
Kasus keempat, klo ternyata mau dijadiin subjek peneliti adek angkatanku bertemakan prokastinasi,
Jleb
Komitmenku, aku harus cepet lulus biar gak dijadiin subjek ma dia (sambil berdiri mbenerin kaca mata, disuasanai dengan hembusan angin yang meniup lembut, kemudian ada backsoundnya lagunya odong-odong). Kasus kelima, klo ternyata liat target sasaran udah dilamar ma orang lain, yang ini sakit banget dah (Semoga aja gak kejadian ma aku, kaya udah punya target aja? Hehe).
Klo kata temenku yang bikin sensi itu ketika orang dari jurusan lain yang gak tau perjuangan ngerjain skripsi di fakultas kita (psikologi) itu dengan enaknya bilang, “suwi banget to gak lulus-lulus”, padahal kita sedang berjuang, benar-benar menjatuhkan mental.
Selain masalah sakit hati, masalah mood, ini yang kadang jadi persoalan terbesarku. Klo dah gak mood ngerjain skripsi, udah dech kerjaannya tidur ma ngacir entah ke mana? Cara terakhirku untuk mengatasi hal semacam ini adalah dengan kenekadan. Biasanya aku akan sms ke dosbing, “Bu, besok saya mau bimbingan” padahal BAB I aja belum dikerjakan. Tapi aneh bin ajaib slese juga meskipun akhirnya dapat banyak masukan dan corat-coret di sana-sini. Dosen pembimbingku adalah dua Insan yang sangat baik, tapi aku ngenes liat diriku sendiri yang harus berjuang melawan mood.
Selanjutnya, masalah skill dalam bahasa asing. Terkadang keterbatasan skill dalam bahasa asing sering sangat menghambat terutama buat terjemahin jurnal atau ebook. Sampe encok nich otak terjemahin satu-satu kata. Kalo dah kaya gini aku mending tidur aja. Cara terakhirku aku akan meng-copas ke google translate. Hehe akhirnya jadilah puisi yang gak bermakna.
Ya masih banyaklah …
Masalah cinta-cintaan ikut campur tangan dalam masalah kayak gini. Ada yang karena gak selese-selese skripsinya, akhirnya nikah. Ada yang pengen cepet-cepet nikah akhirnya buru-buru ngerjain skripsi, ah pokoknya memusingkan. Mungkin karena syarat maharnya adalah SKRIPSI. “Saya nikahi … bin … dengan mahar berupa SKRIPSI saya” “Syah?” “Syah, barakalloh”
Saat ini tantangan terbesarku adalah harus menyelasikan dalam waktu 4 bulan. Mungkin ini mustahil tapi aku hanya percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan dalam menolong hamba-Nya. ”jangan do’a mulu, usaha”
Paling mengenaskan jika ternyata ada yang berputus asa hingga menempuh jalan gelap seperti membeli skripsi, mengcopas skripsi dari internet, dsb. Sudah bukan barang asing lagi jika praktek kaya gini berjalan. Tinggal bayar udah sambil ditinggal liburan ke Afrika, pulang udah jadi, langsung sidang. Pas sidang gelagepan kaya jerapah nelen gajah. Keluar-keluar nangis, Abis itu pingsan, setelah itu bangun, “Eh, di mana ini? Aku siapa? Kok muka loe kaya cireng sich? Aku makan ya?”
Beberapa kasus juga ada yang sampai melakukan usaha bunuh diri, “Eh, dah dilulusin aja tu mahasiswa, loe mau bertanggung jawab klo dia mati bunuh diri?” “Eh iya ya?”
Intinya sikap mental memang harus kita perbaiki supaya bisa menempuh buaya, singa, hingga gorilla sekalipun. Sehingga gak gampang jungkir balik … Sering-seringlah membaca buku yang memberikan pencerahan di samping buku utama untuk mengerjakan skripsi, misalnya buku-buku motivasi, novel-novel inspiratif, donal bebek, tom and jerry, juga gak papa yang penting bukan buku biru (buku yang isinya biru semua, tulisannya biru juga, kata-katanya “Biru … biru … biru …”) atau buku kisah horror, bisa-bisa loe malah ngira skripsi loe hantu, “MAAAA TOLONG!!! ADA SKRIPSIIIII, SEREEEM BANGEET!!!! EH PADA BUDEG YA??? TOLOOOONG” mpe kebawa mimpi segala. Loe Gue End…
Bagaimanapun SKRIPSI merupakan tanggung jawab yang harus dikerjakan bukan sesuatu yang dipelototin tiba-tiba nongol sendiri. Biar loe nyepi di puncak nui, di goa yang isinya laba-laba ma ular, hingga di kolong meja makan sekalipun, skripsi tu gak akan nongol dengan sendirinya. ‘Saya ingin skripsi saya jadi ketika membuka mata saya, Saya membayangkan, saya yakin’ Ditimpuk pake onta aja orang kaya gitu.
Oya, judul ini seperti sudah aku sentuh di atas, ini sangat penting atau di beberapa teman di fakultas lain mungkin baru tema. Hal ini merupakan kunci penting dalam pengerjaan skripsi, karena itu kadang banyak mahasiswa yang kelimpungan setangah hidup karena gak kunjung dapet judul. Zaman dulu aku masih khilaf (sekarang dah tobat) judul ni hampir dipikirin hampir satu tahun. Minta bantuan ma yang lain malah menghambat. Ah, lebih baik aku kerjakan sendiri aja. Eh, beneran jadi. Lebih baik diskusiin ma dosen daripada mahasiswa kroco-kroco yang ada loe percaya aja dikasih judul Hubungan antara Pak Udin dan Bu Yanti.
Setalah masalah pribadi, masalah selanjutnya adalah masalah eksternal, seperti dosen pembimbing yang sibuk suka keluar, bahkan ternyata lagi di luar negeri atau anaknya lagi sunatan. Lebih baik ditunggu meskipun udah janjian. Klo kata seniorku, lebih baik nunggu saat itu juga daripada nunggu di waktu lain, menunggu sebentar itu lebih berarti daripada loe nunggu sampe loe tumbuh rambut di muka terus dikerumunin ma laler. Klo dosennya lagi gak ada sekali lagi konsultasikan ma biro skripsi.
Kadang ada juga dosen-dosen (cerita dari fakultas lain) yang serba nyulitin, buat lulus gak boleh ada nilai D, “Aku gak suka mahasiswa itu, gak peduli pokoknya saya mau kasih nilai D” kalo kaya gini, sebenere sulit, tapi coba mengadakan komunikasi baik-baik dengan dosen bersangkutan klo perlu kasih buah-buahn klo belum mau juga kasih rumah, klo gak juga kasih istri aja.
Selain itu subjek atau objek yang mau diteliti, juga harus dijaga hubungannya. Klo di psikologi terkadang paling sulit karena subjeknya orang jadi klo orangnya kabur, ya udah loe gue end . Beda ma temen-temen lain kaya di teknik. Intinya jaga hubungannya dengan baik, yang anak teknik sipil klo perlu jembatan yang mau diteliti diajak makan-makan baut ma aspal, loe.
Ketika dah dapet judul segera kerjakan BAB I, dsb terus berhubungan ma adosbing ma pihak-pihak lain untuk penelitian, sambil mengerjakan terus perbaiki SIKAP MENTAL, bukan mental kabur ya tapi mental kondisi jiwa. Baca Mentalnya Eek (sorry soale sulit cari contoh jadi spontan aja ^^v) bukan Empat. Bangun pola pikir yang sehat gak cacingan.
Ya ini sekedar mau mengingatkan pada diri kita terutama diri saya pribadi … ^^v
Selamat Berusaha Sobat, ingat jangan pake celana di kepala …:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar