Hari sangat panas disahuti suara binatang hutan yang seolah-olah terusik kehadiran dua anak kecil, keduanya berumur sepuluh tahun. Yang satu memakai kaos biru dan satunya lagi memakai kaos putih. Percakapan mereka disimak oleh pohon-pohon dan binatang-binatang hutan.
“Panas banget ya. Enaknya memang tidur-tiduran di bawah pohon kayak gini,” kata si kaos biru memulai percakapan sambil mengipas-ngipas dengan tangannya yang kecil.
“Iya ya. Aku jadi penasaran gimana ya rasanya salju atau tinggal di bawah laut.”sahut si kaos putih.
“Tinggal di bawah laut? Emang bisa?”tanya si kaos biru, heran.
“Bisa. Aku denger-denger sih bisa,”tanya si kaos putih dengan yakin.
Percakapan itu telah berlalu. Bertahun-tahun lamanya. Hutan tempat mereka bermain juga telah menjadi sebuah perumahan. Bocah berkaos biru dan putih itu pun telah berpisah sepuluh tahun sejak percakapan itu. Masing-masing pergi mengejar mimpinya.
Suatu hari, sepuluh tahun kemudian mereka dipertemukan kembali di situs jejaring sosial. Sehingga percakapan yang telah lama mereka tidak lakukan kembali hadir meskipun kali ini dalam bentuk yang berbeda.
Saat itu, si bocah berkaos putih berkata bahwa dia berhasil memenuhi impiannya untuk tinggal “di bawah laut” kepada sahabatnya. Si bocah berkaos biru terkejut terhadap apa yang dikatakan sahabatnya. Ternyata kini si bocah berkaos putih sedang kuliah di Netherlands, negeri yang biasa disebut Belanda, disebut Netherlands karena negara ini terletak di bawah garis permukaan laut.
Si bocah berkaos putih yang telah berhasil memenuhi impiannya merupakan salah satu dari kurang lebih 70.000 mahasiswa internasional yang menempuh pendidikan di Belanda. Belanda merupakan pilihan yang tepat untuk melanjutkan kuliah dengan beberapa universitas yang melatih para mahasiswanya menjadi menjadi ilmuwan (Research Universities) dan universitas-universitas untuk ilmu terapan (Universities with Applied Sciences) dengan kurikulum yang berkualitas. Negara ini dikenal terdepan dari segi pendidikan maupun metode pengajarannya, bahkan Leiden University yang merupakan universitas tertua didirikan sejak 1575.
Si bocah berkaos putih menjelaskan bagaimana bisa mendapatkan beasiswa untuk merasakan kuliah di negeri tulip. Pemerintah Belanda menyediakan banyak kesempatan berupa beasiswa dengan berbagai macam pilihan program dan jurusan. Ditambah pameran-pameran pendidikan yang sering diadakan di kota-kota di Indonesia yang bertujuan menambah informasi bagi siapapun yang tertarik melanjutkan studi di Belanda.
Banyak hal menyenangkan yang diperoleh si bocah berkaos putih di negeri kincir angin itu. Hal pertama yang dia perhatikan adalah masalah kedisiplinan, sehingga dia sering kagum melihat cepatnya orang berjalan di negeri itu, dia berkesimpulan bahwa selain untuk disiplin juga untuk menghangatkan tubuh mereka, maklum cuaca di sana dingin, kecuali musim panas saat udara lebih hangat dan cerah.
Hal yang sangat dia syukuri adalah pengalaman yang sangat berharga yaitu memiliki teman-teman yang berasal dari berbagai negara di belahan dunia. Tentu saja, Belanda yang memiliki universitas-universitas yang masuk dalam peringkat atas dalam daftar universitas terbaik di dunia membuat tingginya minat untuk studi di negera ini sehingga berdampak pada tingginya diversitas dalam sosial. Contohnya saja, di kelas tahun pertama kuliahnya berisi dari empat puluh orang yang berasal dari berbagai macam negara di dunia. Didukung adanya program magang atau pertukaran pelajar antar universitas dengan negara-negara Eropa lainnya membuat dia memiliki banyak teman dan jaringan yang luas. Hal ini sangat membantu dia dalam mempersiapkan diri untuk di dunia kerja nantinya disamping pelatihan-pelatihan yang diberikan secara professional di kampusnya.
Tidak pernah ada kata bosan tinggal di Belanda, kata si bocah berkaos putih. Selain, bertemu dengan teman-teman yang menyenangkan, dia tinggal di student house yang dihuni sekitar tujuh puluh lima mahasiswa internasional, sehingga tidak jarang mereka melakukan pesta atau sekedar saling mencoba masakan khas daerah masing-masing. Dia sering menghabiskan waktunya dengan mengendarai sepeda menyusuri kota Amsterdam, menyusuri Damsquare, mengunjungi Museum Madame Tussaud, melihat-lihat bunga tulip di Keukenhof, atau melihat karya pelukis terkenal di dunia, Vincent Van Gogh, di Van Gogh Museum yang sangat lengkap, mulai dari kisah hidupnya, hingga teknik-teknik lukisan Van Gogh yang terkenal dengan aliran pointilisme. Negara ini sangat menjunjung sejarahnya dibuktikan dengan bangunan-bangunan kuno yang masih berdiri gagah peninggalan abad-abad pertengahan hingga peninggalan perang dunia I dan II.
sudut kota Amsterdam di pagi hari (sumber:dokumentasi teman)
Tidak hanya mencintai sejarahnya, selain sangat maju dalam bidang teknologi dan pembangunan, Belanda juga terkenal mencintai linkungan. Belanda terkenal akan pengendara sepedanya, bahkan jalan-jalan rayanya juga diatur untuk pengguna kendaraan bebas polusi ini.
Mau ke mana-mana jadi gampang. Mau ke Perancis? Jerman? Italia? Atau negara-negara Eropa lainnya sangat mudah. Selain bisa dengan kereta api, para agen travel di negeri oranye ini mematok harga pesawat yang murah, yang sangat mudah dijangkau bahkan untuk mahasiswa.
Negara yang memiliki sistem pemerintahan berupa kerajaan ini, sadar akan “kekayaan budaya”-nya sehingga sering diadakan festival-festival yang sangat meriah. Selain itu, negara ini juga sangat mencintai olah raga sepak bola, bahkan telah menganggap sebagai bagian hidup penduduk setempat.
Cerita si bocah berkaos putih belumlah selesai. Masih banyak hal lain yang ingin dia ceritakan pada sahabatnya, si bocah berkaos biru. Namun, karena di belahan bumi Indonesia telah beranjak larut maka mereka terpaksa menutup chatting mereka. Malam itu juga, si bocah berkaos biru bermimpi menyusul sahabatnya, bocah berkaos putih, melanjutkan percakapan mereka di Damsquare.