BRO Fuad cerdas dan energik. Sorot matanya tajam, gaya bicaranya lugas. Saat pertama kali bertemu, kesan yang terpancar adalah sosok anak muda yang optimis menjalani hidup.
Baru-baru ini dia mengirim pesan melalui black berry messenger yang inti isinya, “Saya lulus dan kini jadi sarjana Pak Edo.”
Wah senang mendengarnya. Satu lagi generasi terdidik yang peduli keselamatan jalan alias road safety.
Bagaimana tidak, pria yang mengambil program studi Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi pada Jurnalistik di Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), Jakarta, itu, ikut menambah pengetahuan kita soal keselamatan jalan. Bagaimana caranya?
“Saya tertarik meneliti peran media soal kecelakaan lalu lintas jalan di senja hari,” sergah bro Fuad, saat bertemu saya di sisi kolam renang Aryaduta Suites, Jakarta, Rabu (28/9/2011) petang.
Itu adalah pertemuan kesekian. Saya ingat persis ketika pertamakali bertemu dan saya memberinya buku ‘Hiruk Pikuk Bersepeda Motor’. Maklum, skripsinya menyoroti maraknya kecelakaan yang menimpa sepeda motor di senja hari.
Kita tahu, di Indonesia, dari segi waktu, volume kecelakaan tertinggi dalam rentang waktu pagi hari yakni 34,48%. Lalu, kedua terbesar adalah di sore hari yakni 24,14%.
“Senja hari juga dipengaruhi oleh faktor mata, selain faktor letih dan ingin buru-buru tiba di rumah,” kata bro Fuad.
Dia melakukan analisis framing pemberitaan terhadap “Seringnya Kecelakaan Berkendara di Waktu Senja Pada Tabloid Motor Plus Edisi 23 Februari – 1 Maret 2011”. Maklum, sebagai mahasiswa jurusan Jurnalistik memang tak jauh dari urusan pemberitaan. “Media massa punya pengaruh terhadap pembacanya, termasuk menadarkan soal pentingnya keselamatan jalan,” tutur pria kelahiran Jakarta, 12 Oktober 1989 itu.
Bro Fuad berharap media massa kian meningkatkan pemberitaan penyadaran keselamatan jalan. Masyarakat butuh informasi dan tips agar selamat saat berlalu lintas jalan. Kita melihat media massa cenderung situasional. Maksudnya, media butuh cantolan berita untuk menggerojok pembaca dengan aneka kisah keselamatan jalan. Tentu kita masih ingat kasus kecelakaan pedangdut Syaiful Jamil beberapa waktu lalu?
Kecelakaan dan Nilai A
Bro Fuad tak henti-hentinya sumringah. Sah-sah saja sih karena skripsi yang dirampungkan dalam 3,5 bulan itu, mendapat nilai A. “Penelitian saya bersifat kualitatif,” katanya.
Keberaniannya memilih topik keselamatan jalan karena tak lepas dari kehidupan sehari-hari. “Bahkan, saya pernah ketimpa kecelakaan,” tutur dia.
Dia pun berkisah. Empat tahun lalu, saat menunggang Honda Karisma besutan 2004, bro Fuad emosinya terpancing oleh pemotor sebayanya yang menggeber-geber knalpot. Terjadilah adu kebut. Tiba-tiba, saat ngebut ada mobil dari arah kanan jalan, bro Fuad kaget dan ngerem mendadak. “Saat itu pula saya jatuh, hampir terlindas motor lain. Tuhan masih melindungi saya. Saya bukannya ditolong malah disyukurin oleh pengendara lainnya, walau ada beberapa yang membantu,” urainya.
Sejak itu, katanya, trauma masih membekas saat melintas di jalan tempat terjadinya kecelakaan. “Sejak saat itu pula jadi patuh mengikuti peraturan yang ada dan berkendara yang aman. Yang penting selamat sampai tujuan,” tegas dia.[sumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar