Senin, 09 Maret 2009

Aku Hanya Anak Desa

Ada sebuah penghambat mental saat aku ingin melangkah menuju sebuah ke sebuah keberhasilan.

Penghambat mental yang sebenarnya lucu tapi entah kenapa aku selalu tertahan oleh itu.

Saat aku ingin berpikir besar terkadang aku tertahan oleh kenyataan bahwa aku ini Cuma orang Brebes.

Ya syukur klo di Brebes kotanya lha ni di desa.

Yap aku terkadang terkalahkan oleh pikiran bahwa aku ini Cuma orang desa.

Gak kaya orang teman-temanku dari Jakarta, Semarang, Surabaya, atau dari manapun.

Sebuah kota yang klo orang dengar pasti tertawa karena teringat logat ngapaknya.

Aku memang Cuma orang Desa yang gak tau rasanya naik kereta kelas eksekutif apalagi Bisnis yang benaran, coz kereta Bisnis yang selama ini aku naiki gak jauh beda ma kelas Ekonomi alias abal-abal.

Anak Desa yang klo pergi pake kendaraan darat yang berjalan di jalan raya semisal Bus mpe sekelas Bus Nusantara aja aku mpe sekarang gak bisa lepas dari sebuah obat anti mabok.

Aku terkadang iri ngeliat teman-temanku dari kota yang jago ngomong, jago ndebat, dsblah, Nah aku mo ngomong aja sulitnya bukan main. Hehe

Yang terkadang aku sadari ketika mengendarai sepeda motor dan menatap bangunan Widya Puraya Universitas Diponegoro, aku masih berpikir “Apakah aku bermimpi? Gak ini bukan mimpi!” Aku ternyata sedang berdiri di sebuah Perguruan Tinggi ternama di Indonesia, yang gambarnya dulu Cuma bisa aku lihat di brosur yang aku lihat di ruang BK SMA 1 Brebes.

Say something! Apakah ini benar-benar nyata?

Dulu aku tak pernah berharap banyak pada SMAku, meski SMA-ku terbaik se-Brebes, bagiku sama aja ketika beberapa anak ikut lomba ini itu toh nanti juga kalah, kayaknya belum ada yang sampe tingkat nasional.

Pikiranku baru terbuka saat membaca sebuah bulletin dan profil sebuah SMA di Purwokerto, Mmmm, klo gak salah SMA 1 dech! Ternyata ada ya sekolah kayak gini, sekolah yang deretan prestasi murid-muridnya mpe ada yang mpe ke Belgia, oya ding SMA 1, coz ada Vampire-nya(bukan yang gigit darah tu, tapi ekstra PMR) dan Vampire itu yang pernah menjadi juara 1 lomba pmr se-Jateng di UNSOED dulu saat aku ikut. Dan ternyata akulah yang harus mendampingi seorang cewek vampire dalam penyematan tanda Peserta. Hduuuh, kenapa yang dipilih makhluk hina kayak aku yang cerumut-cerumut dari Brebes, sedangkan mereka pake jaket merah bertuliskan Vampire!!! Yah, Ternyata ada sekolah seperti itu.

Yap, dulu SMA-ku OSIS-nya pernah study banding ke sana, tapi aku gak ikut coz dah demisioner baru aja. Aku jadi inget cerita temanku saat kelas 1, temanku pernah cerita klo dia pernah coba daftar di SMA 3 Jogja, dan tau gak? Kan di Formnya ada kolom klo dah lulus mo ngelanjutin ke mana? Temanku mpe minder coz pada nulisnya ke Harvard, Tokyo, Sydney, dan temanku Cuma nulis UGM. Walhasil dia gak jadi ngelanjutin. Hahaha.

Ya selama ini aku Cuma dengar Sekolah-sekolah terbaik tu ada di Jogja ma Jakarta, tapi toh ternyata di Purwokerto yang masih serumpun bahasa ada juga sekolah macam tu. Aku baru tau Purwokerto tu 1 rumpun bahasa saat di angkot menuju kediaman Kakekku di belakang UMP. Aku pertama Cuma terbengong, ternyata ada juga masyarakat yang bahasanya gak beda ma orang Brebes.


Dulu saat masih nguplek di kampung bagiku ketemu orang yang pernah nongol di tayangan televisi adalah sebuah kehormatan luar biasa.

Dulu saat aku di kampung ketika ada pesawat terbang yang terbang meski Cuma keliatan asapnya tok, rasanya senang banget.

Dulu saat di kampung ketika lihat bangunan bertingkat di kota aku langsung terpukau kagum.

Nah, sekarang saat dah di Semarang gak tau rasanya jadi biasa aja ketemu Presiden.

Liat pesawat terbang yang hampir setiap hari menghiasi langit kota pun rasanya biasa aja, malah sekarang mengganggu, ya terkadang juga masih ada perasaan senang aja ngeiat pesawat gede.

Apakah aku bermimpi?

Nyaliku sempat menciut ketika SPMB, aku tak bisa bayangkan akan bertemu dengan anak-anak dari SMA 1 Purwokerto, dari SMA 1 Semarang, dari Pekalongan, dari Jakarta, dan aku Cuma dari sebuah kota pinggiran Jawa Tengah bernama Brebes. Tapi, Alhamdulillah keterima juga!

Lebih lucu lagi saat registrasi aku gak tau klo ternyata disuruh pake sepatu, jadi aku pake sepatu Pakdheku yang kebesaran ditambah gak pake kaos kaki. CPD!!! Perasaan bangga pun muncul saat ternyata aku baris di deretan Fakultas Kedokteran.

Saat aku menginjakan di Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro aku pun sempat mengkerut ngeliyat anak-anak asing pada meihat aneh wajahku atau penampilanku. Ya Alloh, apakah di sini Cuma aku satu-satunya orang Brebes? Adakah anak Tegal atau yang masih 1 rumpun bahasa ma akulah, coz aku masih asing dengan bahasa-bahasa mereka. Tiba-tiba ada suara menyapa “Hallo Imam!”sapa seorang cewek “Mmm, siapa ya?” “Ih, jahat gak kenal aku!” dan dia pun pergi. Aku pun masih bingug siapa dia tapi mukanya emang gak asing. Dan seiring berjalannya waktu aku baru tahu dia namanya Iin.

Di Fakultas inilah aku mulai mengukir harapanku ke depan. Melalui jurusan yang kata orang jurusannya orang bermasalah inilah aku juga harus berebut peluang kerja di kotaku jika memang nanti ternyata aku pulang. Namun, sebuah suara selalu membisikanku “Kamu Cuma orang Brebes gak usah bermimpi besarlah! Yang wajar aja!”

Yah, memang saat ini belum ada orang Brebes yang jadi tokoh nasional atau artis atau orang terkenal apalagi menteri. Tau Bus Dedy Jaya? Yah mungkin itu contoh sukses lain, tapi menurutku juga kelasnya masih standar orang desa juga.

Hffff, kenapa ya? Kenapa anak Desa bisa kuliah di sini? Lewat SPMB pula. Kenapa aku gak kuliah di UPS aja (Universitas Perek(Dekat) Stasiun)? Anak desa yang memang kebetulan anak orang yang ekonominya menengah tapi masih pusing mikirin rumah yang pada bocor klo hujan, masih pusing masa depan anak satu-satunya ini. Di sini aku malah Cuma bisa ketawa-ketawa, senyam-senyum gak jelas. Sepertinya aku terlalu berlebihan menuntut banyak dari orang tuaku. Namun, klo sampe ketahuan uangku nipis banget dan gak bilang aku bisa kena marah, meskipun sebenarnya aku punya simpanan.

Anak desa yang memang kebetulan punya saudara-saudara orang berkecukupan di Semarang, tapi terkadang ngerasa gak enak juga klo dateng ke situ pas jatah bulanan udah nipis. ^_^

Dan Anak Desa itu kini katanya jadi orang penting di kampus! Cieeee. Kepilih 2 kali jadi ketua di UPK kampus. Dan tau gak bawahannya? Yaitu anak-anak yang dulu baginya berasal dari sekolah-sekolah yang ternyata ada itu. Anak desa itu kini telah berkeliling ke mana-mana dengan motor Ayahnya yang klo nanjak tu beneran nglatih kesabaran.

Tapi, bagaimanapun ku ini orang desa yang gak tau lebih jauh seperti orang kota, Atau aku gak seperti mereka yang berasal dari SMA-SMA yang ternyata ada itu, yang klo foto close up pake jaz atau bahkan dasi. SMAku yang penting hasilnya bisa dicetak aja udah syukur. Di satu sisi aku merasa gak lebih baik dari teman-temanku yang lain, namun di sisi yang lain aku merasa beruntung coz klo stress gak mpe kayak di sinetron tu.

Bagaimanapun keadaannya aku bersyukur telah terlahir di dunia ini dengan melihat senyum manis mentari yang terbenam di ufuk barat di sebuah desa yang penuh kenangan bagiku. Yang sebentar lagi mungkin aku tak akan di situ lagi. Entah, esok aku masih kan di sini atau di tempat lain namun aku bangga telah terlahir di Brebes ini. Meski suara-suara itu tetap muncul bukan berarti aku harus berhenti begitu saja.

Dan Anak desa ini kini ingin melangkah memulai melihat betapa luasnya bumi ini.

Di Kamar Kostku yang bagiku mulai tampak asyik dengan posisi barunya.

23.10 WIB

Sambil dengerin lagu “You Make Me Feel-Westlife” yang tanpa sadar dari tadi tu muter terus.

Biar anak desa ini gak tau bahasa Inggris, tapi gak papa donk nampang ndengerin lagu barat! hehehe

Kapan-kapan lanjut ya????